Bisnis.com, JAKARTA--Gabungan Elektronik Indonesia meminta pemerintah memformulasikan stimulus guna meningkatkan permintaan produk manufaktur berbasis konsumen.
Permintaan ini menyusul penurunan produksi manufaktur, termasuk skala kecil di dalam negeri. “Supaya situasi ini bisa segera recover dan tidak berkepanjangan. Pasar bisa recover lebih cepat kalau meningkatkan bantuan likuiditas kepada konsumen,” ujarnya.
Laju pertumbuhan manufaktur kecil pada kuartal kedua berada di bawah pertumbuhan manufaktur besar dan sedang yaitu sebesar 4,0% yoy . Padahal, laju pertumbuhan manufaktur skala kecil selalu berada di atas pertumbuhan industri besar sejak 2013.
Titik tertinggi pertumbuhan industri kecil mencapai 7,51% pada 2013. Sementara itu pada 2016, pertumbuhan manufaktur kecil mencapai 5,78%.
Sementara itu, titik tertinggi pertumbuhan manufaktur besar sebesar 6,01% pada 2013. Pada tahun lalu, pertumbuhan manufaktur besar sebesar 4,01%.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan peningkatan daya saing industri kecil dan menengah merupakan agenda perlu diutamakan untuk mengatasi perlambatan. “Masih ada harapan peningkatan lagi pada kuartal III dan IV,” ujarnya.
Kementerian Perindustrian mengidentifikasi sebanyak 51,3 juta unit usaha yang beroperasi dalam kategori industri kecil dan menengah. Airlangga ingin meningkatkan daya saing industri kecil supaya tak bergantung kepada fluktuasi permintaan pasar domestik, tapi juga dapat mengisi permintaan pasar ekspor.
Menurutnya, pertumbuhan industri kecil dan menengah domestik dalam beberapa tahun terakhir terbukti memiliki ketahanan yang baik terhadap berbagai gelojak. Sebab produk industri kecil umumnya merupakan barang konsumsi yang permintaannya selalu tumbuh. “Dan umumnya IKM memanfaatkan sumber daya manusia, modal, dan bahan baku lokal.“