Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pusat Statistik mencatat penurunan laju produksi pada industri skala kecil pada kuartal kedua tahun ini.
Pertumbuhan produksi manufaktur mikro dan kecil tercatat hanya sebesar 2,5% yoy pada kuartal kedua tahun ini. Angka itu turun signifikan bila merujuk kepada kinerja pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 6,63% yoy.
Pertumbuhan produksi sejumlah manufaktur kecil terkoreksi cukup tajam pada kuartal kedua. Beberapa di antaranya seperti industri pengolahan tembakau (-14,32%), peralatan listrik (-7,96%), kendaraan bermotor (-6,68%), serta galian non logam (-3,6%).
Sebaliknya, terdapat beberapa industri kecil yang masih cukup agresif menggenjot produksi pada kuartal kedua lalu. Sejumlah industri kecil itu di antaranya seperti industri komputer, elektronik dan optik (35,43%), kertas (23,37%), mesin (22,26%), makanan (5,82%), dan pakaian jadi (4,1%)
Ketua Umum Gabungan Elektronik Indonesia Ali Soebroto menyatakan secara umum permintaan terhadap produk elektronik hasil manufaktur skala kecil dan besar menurun cukup tajam pada kuartal kedua lalu.
“Kenaikan produksi mungkin hanya disumbang dari permintaan untuk produk kabel optik. Itu pun bukan berasal dari konsumen, tapi dari proyek-proyek infrastruktur,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (3/8/2017).
Menurut Ali, lesunya iklim pasar menjadi penyebab utama bagi penurunan angka produksi. Sebab industri hanya menyesuaikan angka produksi dengan laju permintaan konsumen.
Penurunan daya beli menjadi sebuah anomali di tengah membaiknya berbagai indikator makro perekonomian nasional. “Pandangan saya, harusnya permintaan pasar itu selalu naiknya paralel dengan data ekonomi makro. Tapi di lapangan justru kami merasakan betul demand sedang menurun,” ujarnya.