Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Garam Mahal, YLKI Curiga Ada Permainan Mafia

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Kosumen Indonesia Tulus Abadi mempertanyakan persoalan mahalnya harga garam yang semakin mencekik konsumen.
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara
Petani memanen garam di Desa Santing, Losarang, Indramayu, Jawa Barat, Senin (31/7)./ANTARA-Dedhez Anggara

Kabar24.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Kosumen Indonesia Tulus Abadi mempertanyakan persoalan mahalnya harga garam yang semakin mencekik konsumen. Harga garam yang semula hanya Rp 5.000 per bungkus, melonjak menjadi Rp 12.000 per bungkus.

“Di saat kenaikan harga komoditas lain, tentu makin menambah beban pengeluaran masyarakat konsumen,” ujar Tulus dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 1 Agustus 2017.
 
Tulus menilai, mahalnya harga garam telah menjadi ironi bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara kepulauan dan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Seharusnya, kata Tulus, Indonesia jadi negeri dengan pasokan garam yang melimpah ruah. “Bahkan bukan hanya untuk konsumsi lokal atau nasional, tapi mampu memasok untuk kebutuhan ekspor,” ujar Tulus.
 
Menurut Tulus, Indonesia justru menjadi negeri dengan peringkat ke-35 di dunia untuk produksi garam dengan hanya memproduksi 700 ribuan ton per tahun. Tulus menuturkan, faktor penyebab rendahnya produksi garam di Indonesia terjadi karena beberapa sebab. Pertama, lahan produksi garam tidak bertambah secara signifikan. “Bahkan di Gresik karena pertimbangan ekonomi lahan garam dikonversi menjadi lahan industri,” Tulus.
 
Kedua, Tulus menuturkan produksi garam nasional hanya mengandalkan petani garam rakyat. Sementara di sejumlah negara dikelola dalam skala korporasi. Kemudian, alasan cuaca atau iklim selalu dijadikan pemerintah sebagai sebab gagal panen. Padahal, kata Tulus, kendala cuaca sudah di sejumlah negara  sudah bisa diatasi dengan teknologi.
 
“Sehingga masa produksi garam lebih lama. Dengan fakta yang demikian, maka pantaslah jika 100 persen kebutuhan garam industri dengan kadar NaCl diatas 97 persen masih impor,” ujar Tulus.
 
Tulus mencurigai mahalnya harga garam hanyalah trik untuk justifikasi menaikkan kuota impor garam. Hal tersebut terbukti pada saat Kementerian Perdagangan menyatakan mengeluarkan izin impor. Tulus menduga ada mafia garam, baik dari importir atau distributor besar, yang memanfaatkan situasi ini.
 
“Kami mendorong pemerintah untuk mengatasi kenaikan dan kelangkaan garam dengan meningkatkan produksi garam nasional, berikan insentif pada petani garam," kata dia. Tulus mengatakan harga pangan yang terjangkau, termasuk harga garam adalah tugas dan tanggungjawab negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo.co

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper