Bisnis.com, JAKARTA – Ekspor Korea Selatan tumbuh lebih tinggi dari yang diprediksi para ekonom berkat permintaan global yang terus menopang ekonomi negara tersebut.
Kementerian Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel melaporkan lonjakan ekspor sebesar 20% pada Juli 2017 dibandingkan dengan setahun sebelumnya, melampaui prediksi para ekonom untuk kenaikan 16%.
Selain mencatatkan tingkat pertumbuhan dua digit untuk bulan ketujuh berturut-turut, pencapaian angka ekspor pada bulan lalu sekaligus menjadi kenaikan untuk kali kesembilan berturut-turut.
Sementara itu, impor Korsel pada Juli menguat 15% dengan surplus perdagangan mencapai US$10,6 miliar. Melonjaknya ekspor dan investasi telah mendukung pemulihan ekonomi Korsel bahkan ketika lesunya konsumsi domestik telah membatasi pertumbuhan secara keseluruhan.
Presiden Moon Jae-in pekan lalu mengemukakan rencana kebijakan untuk meningkatkan lapangan kerja dan upah demi merangsang aktivitas domestik. Parlemen Korsel pun bulan lalu menyetujui anggaran tambahan senilai 11 triliun won yang diharapkan dapat membantu mempertahankan tren kenaikan pada negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia tersebut.
“Ekspor diproyeksikan akan terus tumbuh selama pemulihan berkelanjutan dalam perdagangan global, namun terdapat risiko penurunan yang mencakup kemungkinan menyebarnya proteksionisme perdagangan, pengurangan neraca oleh The Federal Reserve AS, dan turunnya harga minyak,” jelas pihak kementerian, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 1/8/2017).
Amerika Serikat (AS) telah secara formal meminta diskusi untuk meninjau kembali kesepakatan perdagangan yang mulai berlaku pada tahun 2012, di tengah tensi dengan pemerintahan Trump dalam hal perdagangan.
“Tekanan dari AS mengenai perdagangan kemungkinan akan meningkat, namun situasi tersebut juga dapat menyebabkan efek samping bagi AS, jadi kami yakin dampaknya tidak akan terlalu kuat,” kata Lee Sangjae, seorang ekonom di Eugene Investment & Securities.
Ekspor ke AS naik 7% pada Juli, sedangkan ekspor ke China naik 6,6%. Sementara itu, ekspor ke India melonjak 79% pada periode yang sama, ditopang oleh daya saing harga pasca penerapan pajak barang dan jasa di India.