Bisnis.com, JAKARTA - Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu mendapat lampu hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menaikkan produksi minyak dari semula 185.000 barel per hari (bph) menjadi 200.000 bph sesuai dengan target yang ditetapkan dalam rencana kerja dan anggaran (work plan&budget/WP&B) 2017.
Vice President Public and Government Affairs ExxonMobil Indonesia Erwin Maryoto mengatakan pihaknya telah mendapat izin lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menambah produksi Lapangan Banyu Urip sejak diajukan pada Maret 2017. Dengan izin tersebut, tutur Erwin, mendukung penambahan produksi menyentuh angka 220.000 bph.
Adapun, berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi minyak Lapangan Banyu Urip di Blok Cepu berkontribusi sebesar 25% dari produksi minyak nasional yakni 808.000 bph dengan realisasi 199.800 bph pada akhir Juni 2017.
"Kementerian LHK telah mengeluarkan izin lingkungan untuk memproduksi sampai dengan 220 kbd," ujarnya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (29/7).
Menurutnya, kendati izin tersebut memungkinkan produksi hingga 220.000 bph, saat ini produksi lapangan yang mulai menghasilkan minyak di 2009 itu menyentuh 205.000 bph. Sementara itu, terkait opsi penambahan produksi hingga 300.000 bph, dia menyebut perlu melakukan evaluasi terhadap kapasitas fasilitas pemrosesan pusat (central processing facility/CPF) dan potensi pengembangan sumur lainnya di Blok Cepu.
Untuk bisa menaikkan produksi hingga 200.000 bph, investasi tambahan tak perlu dilakukan hanya penambahan biaya operasi sekitar US$2 juta.
Penambahan produksi sebelumnya diusulkan ExxonMobil Cepu Limited sebagai operator karena naiknya potensi cadangan yang bisa diangkat atau recoverable reserve dari semula 450 juta barel menjadi 725 juta barel. Dengan cadangan tersebut, volume produksi 200.000 bph bisa bertahan selama tiga hingga empat tahun.
Adapun, pada Blok Cepu, ExxonMobil menguasai saham partisipasi sebesar 20,5%, Ampolex 24,5%, Pertamina EP Cepu 45% dan beberapa Badan Usaha Milik Daerah dengan saham partisipasi 10%.
Rencananya, pada pengembangan tahap I, akan dilakukan kajian geologi dan geofisika, usulan pengeboran sumur delineasi dan eksplorasi untuk stuktur Alas Tua West dan Alas Tua East.
Pada pengembangan tahap II untuk 2019 hingga 2022, PoD Lapangan Cendana dan Lapangan Alas Tua East ditargetkan bisa disampaikan pada 2018. Selain itu, pengeboran eksplorasi struktur Giyanti dan Pilang serta kegiatan pengurasan lanjutan (enhanced oil recovery/EOR) Lapangan Banyu Urip juga dilakukan.
Di pengembangan tahap III pada 2022-2035, akan dilakukan pengeboran pembuktian di Lapangan Kalisari, penyusunan PoD untuk empat struktur (Giyanti, Kalisari, Alas Tua East dan Pilang) juga uji coba EOR Banyu Urip.
"Terkait dengan produksi sampai dengan 300 kbd kami akan melakukan evaluasi terhadap kapasitas CPF dan sumur-sumur yang ada," katanya.
Sebelumnya, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang bertemu Senior Vice President (SVP) ExxonMobil Corporation, Mark W. Albers di Exxon Mobil Campus and Technology Center, Texas.
Dia mengharapkan ExxonMobil melalui ExxonMobil Cepu Limited yang mengoperatori Blok Cepu mampu meningkatkan produksi minyak. Produksi minyak Banyu Urip diharapkan naik menjadi 300.000 bph.
Tujuan penambahan produksi, ujar Jonan, agar menambah efek ganda bagi daerah melalui pengembangan perusahaan nasional dan lokal. Dengan demikian, dia menyebut lapangan kerja baru terbuka dan pengembangan masyarakat bisa meningkat.
"Dengan peningkatan produksi, saya harap mampu memberikan efek ganda bagi daerah sekitar melalui pengembangan perusahaan nasional dan lokal, membuka lapangan pekerjaan hingga pengembangan masyarakat," kata Jonan.