Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan melambat pada kuartal kedua, seiring dengan mengecilnya ekspansi pada investasi konstruksi dan turunnya volume ekspor dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Para ekonom mengatakan perlambatan ini sebagian besar disebabkan oleh efek dasar dari kinerja kuartal pertama yang solid dan bahwa hal itu seharusnya tidak dilihat sebagai tanda negatif untuk prospek tersebut.
Menurut laporan Bank of Korea (BoK), seperti dilansir Bloomberg (Kamis, 27/7/2017), produk domestik bruto (PDB) Korsel tumbuh 0,6% pada kuartal kedua tahun ini.
Angka tersebut lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang mencatatkan ekspansi 1,1%, laju ekspansi tercepat sejak 2015, serta sejalan dengan prediksi rata-rata para ekonom dalam survey Bloomberg.
Dibandingkan dengan setahun sebelumnya, ekonomi Korsel sepanjang April-Juni 2017 tumbuh 2,7%, juga sejalan dengan prediksi para ekonom.
Sementara itu, belanja pemerintah naik 1,1% pada kuartal kedua dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya dan investasi konstruksi naik 1% dibandingkan dengan kenaikan sebesar 6,8% pada kuartal pertama. Adapun ekspor dalam volume turun 3% dibandingkan dengan kuartal pertama.
Baca Juga
Perekonomian Korsel mendapat dorongan baru dengan disetujuinya anggaran tambahan oleh parlemen bulan ini. Pemerintah memperkirakan anggaran tambahan tersebut dapat mendukung tingkat pertumbuhan sebesar 0,2 poin persentase sekaligus mengangkat ekspansi tahun ini sebesar 3%.
Saat ekspor terus meningkat, konsumsi menjadi titik lemah. Pelemahan dalam pembelanjaan itu bisa berubah, setelah konsumsi swasta berekspansi 0,9% pada kuartal kedua dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, kenaikan terbesar sejak tahun 2015.
Menurut BOK, penguatan konsumsi swasta pada kuartal kedua didorong oleh pembelian telepon genggam dan perlengkapan rumah tangga. Sentimen konsumen telah melonjak dengan optimisme terhadap kebijakan Presiden Moon Jae-in yang mendorong lapangan pekerjaan.
“Pertumbuhan diperkirakan akan berekspansi lagi dari paruh kedua karena pemulihan pada sentimen konsumen mendukung pengeluaran,” ujar Lee Sang-jae, seorang ekonom di Eugene Investment & Securities Co di Seoul, sebelum rilis data tersebut.
“Berlanjut tidaknya tren pertumbuhan hingga 2018 akan bergantung pada keberhasilan strategi pertumbuhan dari pendapatan yang diusung pemerintah,” lanjutnya.