Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan manufaktur yang terdaftar di dalam bursa efek didorong terus melakukan ekspansi untuk mendorong pertumbuhan industri.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan emiten manufaktur lebih leluasa untuk berekspansi lantaran memiliki akses pendanaan dari pasar modal.
“Ekspansi perusahaan lewat pasar modal dapat menggairahkan iklim investasi, selain juga membuat valuasi bertambah. Dengan demikian hal itu tentunya akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja baru,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam siaran pers (21/7).
Menurutnya langkah yang paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan industri adalah dengan meningkatkan realiasi penanaman modal. Airlangga menyatakan pemerintah tengah menyiapkan insentif bagi emiten industri yang ingin meningkatan kapasitas pabrikan. “Kunci pertumbuhan industri adalah investasi,” ujar dia.
Badan Koordinasi Peananaman Modal (BKPM), mencatat realisasi investasi domestik pada sektor manufaktur di kuartal pertama 2017 senilai Rp27,21 triliun, atau naik 6,88% yoy dibanding periode yang sama tahun lalu senilai Rp 25,45 triliun. Penanaman modal pada sektor manufaktur berperan sebesar 39,57% dari keseluruhan realisasi investasi dalam negeri kuartal pertama 2017 senilai Rp68,76 triliun.
Sementara itu, realisasi penanaman modal asing pada sektor manufaktur mencapai US$3,23 miliar di periode yang sama. Penanaman modal asing di sektor manufaktur berperan sebesar 44,31% dari total investasi PMA senilai US$7,29 miliar di kuartal pertama 2017.
Menurutnya, perusahaan-perusahaan manufaktur sangat potensial untuk didorong masuk menjadi perusahaan publik. Sebab tak jarang perusahaan yang bergerak di sektor makanan minuman dan farmasi yang belum menjajaki lantai bursa. Padahal, pertumbuhan kedua sektor industri itu selalu mencatatan kinerja yang positif dengan selalu bergerak di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Badan Pusat Statistik mencatatkan sektor industri yang tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2017, yaitu sektor kimia farmasi sebesar 8,34% dan makanan minuman sebesar 8,15%.
Di samping penyediaan insentif, pemerintah juga menggenjot pendalaman struktur industri prioritas. Pendalaman struktur industri itu dimaksudkan untuk memacu hilirisasi dan mensubstitusi kebutuhan yang selama ini masih mengandalkan impor.
Sejumlah langkah disiapkan untuk meningkatkan geliat sektor manufaktur, yakni dengan menggenjot pendidikan vokasi, pengembangan industri padat karya berorientasi ekspor, pengembangan IKM dengan platform digital, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, dan pengembangan perwilayahan industri. Menurutnya, sektor manufaktur masih menghadapi sejumlah permasahalan inti seperti misalnya tingginya suku bunga pinjaman, harga energi yang tidak kompetitif, dan tingginya biaya logistik.