Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan baja asal China Tsingshan Holding Group turut melirik peluang investasi di kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara. Tsingshan berencana membangun kompleks feronikel terintegrasi di kawasan tersebut dengan rencana investasi mencapai US$28 miliar.
“Mereka ingin melanjutkan success story investasi di Kawasan Industri Morowali, dan sekarang mereka ingin masuk ke Kawasan Industri Tanah Kuning dengan bangun kompleks ferronickel yang terintegrasi,” ujar Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Imam Haryono di Jakarta, Selasa (18/7/2017).
Tshingshan berencana menggarap kompleks pemurnian logam terintegrasi dengan membangun pabrik ferronickel berkapasitas 1,5 juta ton, ferrochrome 1,2 juta ton, stainless steel 1,2 juta ton, mangan 0,5 juta ton, ferrosilicate 0,2 juta ton, baja karbon 10 juta ton, dan alumina 1 juta ton.
“Dan dia juga mau bangun pembangkit hydropwer sebesar 7.200 megawatt. Keseluruhan investasi proyek itu nilainya US$28 miliar,” ujar Imam.
Kawasan industri Tanah Kuning di Kalimantan Utara awalnya diproyeksikan berada di atas lahan seluas 11.000 hektare. Hanya saja, kepala daerah setempat menyanggupi pembebasan lahan industri secara bertahap hingga seluas 25.000 hektare. Kawasan Industri Tanah Kuning tengah memasuki tahap pembangunan dan pembebasan lahan dengan target operasi tahap awal pada 2020.
“Dengan demikian, Tanah Kuning bisa menjadi smelting complex terbesar dari hulu sampai ke hilir mengingat Inalum dan Borneo Alumindo Prima juga ada di sana. Kapasitas keduanya masing-masing 1 juta ton per tahun,” ujarnya.
Pengembangan kawasan industri pemurnian logam di Tanah Kuning dapat memperkuat ketahanan struktur industri lain, yaitu seperti industri otomotif dan alat kesehatan. Tapi, masterplan investor asal China tersebut belum menggambarkan secara utuh komposisi penyerapan hasil produksi di kawasan itu. “Mungkin memang nantinya lebih banyak yang diekspor mengingat mereka punya network yang cukup luas,” ujar dia.