Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah menyertakan pengembangan dua jenis pesawat komersial ke dalam proyek strategis nasional.
Proyek pengembangan pesawat baling-baling jarak menengah itu dikerjakan perusahaan aviasi pelat merah PT Dirgantara Indonesia dan perusahaan bentukan Presiden BJ Habibie PT Regio Aviasi Industri.
Dirgantara bakal memproduksi pesawat tipe N-245, dan RAI menggarap produksi pesawat jenis R80. Proyek pengembangan kedua pesawat itu membutuhkan pendanaan Rp20,05 triliun dan ditargetkan mulai mengudara pada 2022.
Pengembangan dua jenis pesawat itu diharapkan bakal mengurangi ketergantungan impor pesawat mesin baling-baling buatan asing.
“Sekarang itu seluruh maskapai penerbangan jarak menengah masih menggunakan pesawat baling-baling impor,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta (13/7).
Pemerintah ingin mulai menerapkan kebijakan local content untuk belanja pengadaan pesawat. “Pengadaan pesawat nantinya mengutamakan produk yang ada investasinya di sini,” ujar Putu.
Terlebih, kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan membutuhkan ketersediaan armada pesawat jarak menengah dalam jumlah besar. Menurutnya, potensi pasar jasa penerbangan sudah saatnya diraup oleh industri dirgantara domestik.
“Maka N-245 dan R80 masuk ke dalam proyek strategis, supaya kedua produk itu bisa dideliver untuk memenuhi permintaan maskapai yang memang tinggi,” ujar dia.
Pemerintah memberikan penjaminan kepada dua perusahaan pengembang proyek N-245 dan R80. Hanya saja, bentuk penjaminan proyek itu bukan berupa suntikan modal. “Bentuk penjaminan pemerintah di sini sedikit berbeda, umumnya proyek strategis yang macet itu diambil alih pemerintah. Khusus program pengembangan pesawat ini, bila macet di tengah jalan, pemerintah jamin tidak akan diambil alih,” ujar Putu.
Putu menyatakan pemerintah memberikan pengecualian kepada proyek strategis itu lantaran industri dirgantara merupakan bisnis yang padat modal dan beresiko tinggi. Baik PTDI maupun RAI diberikan keleluasaan oleh pemerintah untuk menjaring mitra investasi asing.
“Investasinya padat modal dan rentan sekali dengan perubahan kurs. Kalau tidak ada penjaminan pemerintah, ya maka tidak ada mitra yang mau ikut garap. Maka tetap diberikan penjaminan, tapi dalam bentuk lain, bukan dalam bentuk pendanaan,” ujar dia.
Komisaris PT Regio Aviasi Industri Ilham Habibie menyatakan proyek R80 kini memasuki tahap pengembangan prototype dan penjaringan investor. Pengembangan prototype merupakan tahap kedua yang dilalui usai penetapan desain engineering dan studi kelaikan. Pengembangan prototype dan uji terbang pesawat ditargetkan selesai pada 2021. “Setelah itu, R80 kita perjuangkan untuk mulai diproduksi masal,” ujar dia.
Pesawat R80 dirancang untuk penerbangan komersial jarak pendek dan menengah. Pesawat itu mampu mengangkut sebanyak 80 penumpang dengan usia operasional mencapai 50 tahun. Menurutnya, penggunaan bahan bakar pesawat itu dirancang supaya lebih efisien ketimbang pesawat lain.
Sebagai gambaran, daya dorong engine R80 yang tergambar dari bypass ratio pesawat ditargetkan mencapai 40. Semenara rata-rata pesawat Airbus dan Boeing memiliki bypass ratio sebesar 12.