Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Bidik Peluang di Kaltara

Sejumlah perusahaan yang masuk dalam Fortune 500 asal China menjajaki peluang investasi di Indonesia sebagai tindaklanjut inisiatif Belt and Road Forum.
Ilustrasi Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek/Bloomberg-Ben Nelms
Ilustrasi Pekerja menyelesaikan pembangunan proyek/Bloomberg-Ben Nelms

JAKARTA—Perusahaan perusahaan fortune 500 asal China menjajaki peluang investasi di Indonesia sebagai tindaklanjut inisiatif Belt and Road Forum.

Belasan direksi perusahaan China menyatakan minat untuk berinvestasi di kawasan industri Tanah Kuning, Kalimantan Utara.

Berbagai perusahaan China itu bergerak di berbagai sektor seperti pengelolaan sumber daya air, pembangkit listrik, migas, kimia farmasi, logistik, konstruksi, dan tekstil.

Perusahaan pelat merah China di sektor pengelolaan sumber daya air, Shandong Water Develpoment Group Co., Ltd. menganggap bisnis pembangkit listrik di Kalimantan Utara sebagai peluang yang menarik.

Direktur Shandong Water Development Group Co., Ltd. Yang Qingyun mengkaji insentif yang ditawarkan pemerintah dalam pengembangan pembangkit berbasi hydropower di klaster industri pengolahan aluminium tersebut.

“Potensi pasarnya sangat menarik. Kami berkeinginan membuka peluang investasi di sana tapi sekarang masih mengkaji insentif yang ditawarkan,” ujar Yang Qingyun di Kementerian Perindustrian, Rabu (12/7).

Perusahaan pembangkit tenaga surya asal China, Zhengzhou Demeter New Energy Technology Co. Ltd. juga menyatakan ketertarikan terhadap masterplan pengembangan kawasan industri di provinsi termuda di Indonesia tersebut.

“Dalam dua tiga bulan ke depan kami ingin berkunjung langsung ke lapangan untuk melihat kesempatan investasi di sana,” ujar Direktur Utama Zhengzhou Demeter New Energy Chen Zemin.

Kalangan investor Tiongkok melihat peluang investasi pada pengembangan kawasan menjadi opsi yang menarik sebagai tindaklanjut inisiatif Belt and Road Forum beberapa waktu lalu. Terlebih, pemerintah Indonesia memberikan dukungan penjaminan terhadap pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus.

“Dukungan langsung dari pemerintah itu penting. Tapi secara umum, investor cukup tertarik pada peluang investasi di tiga provinsi itu yaitu Kalimantan Utara, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara,” ujar Sekjen China Top 500 Foreign Trade Enterprises Club, Huang Jun.

Sejumlah perusahaan lain yang turut menjajaki kesempatan investasi di pengembangan kawasan industri di Kalimantan Utara tersebut merupakan perusahaan perusahaan BUMN China. Seperti misalnya perusahaan di sektor farmasi China MEHEO dan perusahaan BUMN di sektor pembangkit listrik yaitu China Power International Development Ltd.

Sektor swasta China yang turut melirik peluang investasi di daerah itu di antaranya CEFC Beijing International Enerrgy Company Limited, Jiangsu Boda Environmental Protection Co., Ltd, Beijing Huayou International Logistics & Engineering Service Co., Ltd, Risen Energy Co., Ltd, Beijing East Environment Energy Technology Co., Ltd, Guangdong Guanyue & Bridge Co., Ltd, Luoyang Yixin Environmental Protection Technology Co., Ltd, dan Henan Ruyang Tiancai Textile Co., Ltd

Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat China sebagai negara terbesar ketiga yang menanamkan modal di sektor manufaktur. China berperan sebesar 12% dari keseluruhan realisasi investasi manufaktur pada 2016 senilai US$16,7miliar. Realisasi investasi China di sektor manufaktur pada kuartal pertama 2017 senilai US$484juta.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Imam Haryono menyatakan pemerintah mengundang perusahaan perusahaan fortune 500 asal China untuk mengakselerasi pembangunan kawasan industri. “China punya modal, teknologi, dan network. Sementara kita punya ketersediaan bahan baku berbasis komoditas dan domestic market yang kuat,” ujar dia.

Menurutnya, peluang investasi di Kalimantan Utara merupakan proyek kunci yang ditawarkan kepada investor mancanegara. Pemerintah membuka kesempatan kepada setiap investor untuk melakukan studi kelaikan terhadap empt proyek di kawasan itu.

“Secar konseptual, daerah itu akan dibangun kawasan industri seluas 11 ribu hektare. Industri utamanya adalah pengolahan bauksit dan aluminium dari hulu sampai ke hilir,” ujar Imam.

Kebutuhan pendanaan untuk pengembangan kawasan itu mencapai US$1,5 miliar. Di samping itu, pengembangan kawasan itu juga memerlukan investasi untuk pengembangan pelabuhan bertaraf internasional, kompleks pemurnian, dan pembangkit listrik tenaga air. Megaproyek itu mampu menarik investasi lebih dari US$17 miliar.

“Mengapa itu menarik? Karena Kaltara secara geoekonomi sangat strategis menjadi penghubung utama perdagangan Indonesia—Tiongkok,” ujar Imam.

Menurutnya, pemerintah menyediakan berbagai insentif untuk mengembangkan kawasan industri di luar Jawa. Salah satu insentif yang ditawarkan pemerintah kepada investor adalah tax allowance dan tax holiday bagi realisasi investasi di sektor manufaktur luar Jawa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper