Bisnis.com, JAKARTA - Produsen baja PT Krakatau Steel (Persero) menargetkan mulai mencetak laba pada semester kedua tahun ini. Target itu dibidik dengan menjalankan strategi perseroan mengefisiensikan biaya produksi dan menunda sejumlah proyek ekspansi pabrik.
“Strategi kita adalah dengan meningkatkan penjualan dan efisiensi fasilitas eksisting. Dengan begitu, supaya semua lini produksi mampu mengefisiensi biaya sampai 15% dan di ujung tahun mencapai profit US$10 juta,” ujar Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Mas Wigrantoro Roes Setiyadi.
Seperti diketahui, PT KS terus mencatatkan kerugian sejak 2012. Tahun lalu BUMN tersebut membukukan rugi bersih US$171,69 juta. Kerugian itu mulai menurun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang US$320,02 juta pada 2015.
Tingginya beban biaya produksi menjadi faktor utama kerugian tersebut. Tahun lalu revenue PT KS sebenarnya naik 1,51% yoy menjadi US$1,34 miliar. Meskipun demikian, kenaikan penjualan tetap tak mampu menutupi beban biaya produksi.
“Untuk semester kedua tahun ini, kami sudah bisa cetak profit. Seperti arahan Bu Menteri BUMN (Rini M. Soemarno), tahun ini tidak ada lagi BUMN rugi,” ujar Wigrantoro.
Nilai kerugian bersih year to date perseroan, ujarnya, sudah menurun signifikan yakni tinggal US$ 29 juta pada semester pertama 2017. Salah satu faktor pendorong efisiensi perseroan yang utama adalah penurunan harga gas dari pemerintah.
“Tapi ternyata harga itu kan belum berlaku bagi semua pasokan gas, revisi harga baru didapat dari pasokan gas Pertamina. PGN (Perusahaan Gas Negara) belum merevisi harga, maka kami terus mengupayakan renegosiasi supaya dapat mengoptimalkan efisiensi harga gas.”
Perseroan juga menunda penyelesaian pabrik blast furnace yang rencananya mulai beroperasi akhir tahun ini. Penyelesaian fasilitas itu bakal dirampungkan tahun depan demi mengejar efisiensi Krakatau pada tahun buku 2017.
Wigrantoro menyatakan PT KS masih mengandalkan penjualan produk baja canai panas (hot rolled coils/HRC) dan baja canai dingin (cold rolled steel/CRC). Menurutnya, permintaan baja domestik pada tahun ini bakal berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. “Order baja tahun ini saya kira naik 7%-8%, terutama dari proyek-proyek konstruksi.”
Salah satu proyek konstruksi yang menopang kenaikan kinerja penjualan Krakatau adalah pengerjaan Jakarta-Cikampek II elevated toll road. Proyek itu merupakan ruas tol layang pertama yang sepenuhnya menggunakan baja, bukan beton seperti jalan layang pada umumnya.
Menurut Wigrantoro, PT KS setidaknya bakal memasok 250.000 ton baja untuk pengerjaan proyek tersebut.
Kapasitas terpasang PT KS saat ini 4 juta ton baja per tahun dengan utilisasi 35%. Angka itu masih jauh berada di bawah permintaan domestik yang tahun ini diperkirakan menembus 15 juta ton. PT KS menargetkan mulai memproduksi 10 juta ton di klaster baja Cilegon pada 2025.