Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Jamu Belum Ada Peningkatan

Gabungan Pengusaha Jamu mencatat volume penjualan bisnisnya pada semester I/2017 masih landai dikarenakan daya beli masyarakat yang kurang.
Rheumaneer, salah satu fitofarmaka yang dikembangkan perusahaan jamu Ny Meneer./Istimewa
Rheumaneer, salah satu fitofarmaka yang dikembangkan perusahaan jamu Ny Meneer./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Jamu mencatat volume penjualan bisnisnya pada semester I/2017 masih landai dikarenakan daya beli masyarakat yang kurang.

Charles Saerang, Ketua Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) mengatakan bahwa penjualan pada semester I/2017 yang belum sepenuhnya berakhir ini dinilai stagnan. Dia mengungkapkan keadaan ini dikarenakan permintaan jamu di seluruh Indonesia masih lesu pada kuartal I/2017, bulan puasa, dan Lebaran.

"Pada kuartal I/2017 volume penjualannya hampir sama dengan periode sama tahun lalu. Tidak ada kenaikan atau penurunan yang signifikan," kata Charles kepada Bisnis, Jumat (30/6/2017).

Pada 2016, omzet pelaku bisnis jamu secara total menyentuh angka Rp19 triliun. Diperkirakan pada 2017 nilai keuntungannya tersebut akan berada tidak jauh dibandingkan dengan tahun lalu dengan melihat dari peforma sampai Juni ini.

Charles menambahkan selain daya beli masyarakat turun, pada tahun ini juga masyarakat Indonesia tersulut oleh isu jamu ilegal. Saat ini kebanyakan jamu ilegal dibuat oleh orang masyarakat Indonesia sendiri tanpa memiliki izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Selain tanpa izin BPOM, terdapat juga beberapa produk selundupan dari negara asing.

"Jamu ilegal yang banyak disita oleh BPOM pada tahun ini membuat masyarakat was-was. Kami terkena dampak dari pemberitaan negatif mengenai jamu," ungkapnya.

Charles mengungkapkan pada kuartal II/2017 yang belum berakhir, penjualan jamu turun 30% dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu. Hal ini disebabkan konsumen lebih memilih kebutuhan makanan dan minuman pada bulan puasa dan Lebaran lalu.

"Tren setiap tahun pada Lebaran memang turun, namun pada Lebaran tahun ini penjualan turun drastis dikarenakan bersamaan tahun ajaran baru sekolah. Konsumen lebih memilih untuk mengkontrol uangnya demi membeli perlengkapan sekolah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper