Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan permintaan terhadap produk makanan minuman pada Ramadan dan Lebaran tahun ini menurun bila dibandingkan tahun lalu.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia Adhi S. Lukman menyatakan permintaan saat Ramadan dan Lebaran tahun ini menurun 10% dibanding tahun lalu.
“Penjualan tetap naik saat Ramadan Lebaran, tapi kalau dibanding periode yang sama tahun lalu memang pertumbuhannya kurang begitu bagus,”ujar Adhi di Jakarta, Minggu (26/6/2017).
Adhi berpendapat daya beli masyarakat saat Ramadan Lebaran tahun ini mengalami gejala pelemahan. Sebab penjualan makanan minuman selalu mengalami tren kenaikan yang signifikan sejak memasuki periode awal Ramadan.
“Biasanya permintaan sudah naik signifikan seminggu sebelum puasa. Tapi untuk tahun ini justru permintaan makanan minuman baru terasa naik setelah seminggu puasa,”ujar Adhi.
Terlebih, pengusaha juga melihat penjualan ritel produk makanan minuman yang tidak sesuai ekspektasi. “Banyak supermarket yang melaporkan stoknya masih menumpuk saat Lebaran. Padahal biasanya periode sekarang di tahun tahun sebelumnya banyak yang sudah laporkan kehabisan stok,” ujar Adhi
Baca Juga
Menurutnya, pemerintah mesti memastikan tak menerapkan kebijakan kebijakan yang menghambat daya beli. Adhi juga berharap pemerintah tidak menerapkan aturan-aturan yang menghambat industri. Salah satunya tentang implementasi lelang gula rafinasi yang bakal mempersulit industri memperoleh bahan baku.
“Meski pemerintah memutuskan untuk menunda itu sampai Januari 2018, tapi itu mesti dirapikan lagi. Ya seperti yang saya bilang, saat seperti ini jangan sampai ada regulasi regulasi yang aneh.”
Adhi memperkirakan pertumbuhan sektor industri makanan minuman tahun ini dapat tetap bergerak di atas proyeksi pertumbuhan ekonomi.
“Mungkin target tumbuh 7,5%—7,8% di akhir tahun masih bisa dikejar.”