Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Kalahkan China dalam Indeks Kepercayaan Konsumen

Indeks Kepercayaan konsumen di Indonesia mengalahkan China berdasarkan survei dari Credit Suisse Emerging Consumer Scorecard

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Kepercayaan konsumen di Indonesia mengalahkan China berdasarkan survei dari Credit Suisse Emerging Consumer Scorecard

Indonesia bergerak menuju posisi kedua dalam Kartu Skor Kepercayaan Konsumen Credit Suisse, mengungguli China, menunjukkan momentum pendapatan terbaik di antara negaranegara yang disurvei. Dengan nilai rata-rata 49%, Indonesia mencatatkan kenaikan year-onyear dari 39%. Kartu skor Credit Suisse Emerging Consumer mengukur sentimen konsumen dengan mengacu kepada ekspektasi jangka menengah seputar lima faktor: keuangan pribadi, inflasi, tren pendapatan rumah tangga, keinginan untuk belanja, dan riwayat pendapatan.

Kepercayaan konsumen di sejumlah negara berkembang terbesar telah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan prospek ekonomi global yang lebih cerah, meningkatnya pasar modal domestik dan menurunnya tekanan di negara-negara yang sensitif terhadap harga komoditas.

Berdasarkan Emerging Consumer Survey ketujuh yang diterbitkan secara tahunan oleh Credit Suisse. Negara-negara berkembang di Asia, yaitu India, Indonesia dan China, menunjukkan tingkat kepercayaan konsumen tertinggi.

Di tahun ketujuhnya, survei CSRI menyajikan analisis granular berdasarkan profil, suasana hati dan perilaku konsumen di delapan negara berkembang terbesar yaitu Brazil, China, India, Indonesia, Meksiko, Rusia, Afrika Selatan, dan Turki. Negara-negara ini, memiliki total populasi yang mencapai 4 miliar orang dan total konsumsi tahunan senilai US$9,4 triliun, yang berarti analisis dari kebiasaan konsumsi di negara-negara ini dapat menghasilkan pola-pola investasi yang berharga.

Survei tersebut mewakili kolaborasi berkelanjutan antara firma riset pasar global, Nielsen, yang telah melakukan hampir 14.000 wawancara tatap muka di negaranegara berkembang ini atas nama Credit Suisse. Walaupun tingkat kepercayaan konsumen di kedelapan negara tersebut meningkat, berdasarkan laporan ini, terdapat perbedaan yang tajam di antara para konsumen paling optimistik yang tinggal di negara-negara Asia dengan konsumen yang berada Turki dan Meksiko di mana faktor-faktor geopolitik telah menyebabkan merosotnya kepercayaan.

Indonesia Kalahkan China dalam Indeks Kepercayaan Konsumen

Sebagai contoh, lebih dari 40% konsumen di Asia optimis bahwa kondisi keuangan mereka akan meningkat dalam enam bulan ke depan, sementara posisi Turki saat ini berada  di -2% dan Mexico di 13%. Terlepas dari perbedaan yang signifikan ini, perubahan dalam perilaku konsumsi yang didorong oleh pesatnya pertumbuhan kelas menengah di  negara-negara berkembang terus berlangsung.

Sentimen konsumsi yang tinggi di Indonesia disebabkan oleh kepercayaan besar konsumen terhadap kondisi keuangan mereka saat ini dan di masa depan. Indonesia  menempati posisi tertinggi di antara delapan negara dari hasil pertanyaan survei “hingga sejauh apa pendapatan rumah tangga anda berubah dalam 12 bulan terakhir”, yang sangat mungkin disebabkan oleh kebijakan fiskal pemerintah Indonesia yang meningkatkan batas pendapatan tidak kena pajak setiap tahun. Kebijakan ini memungkinkan wajib pajak menikmati tambahan pendapatan sebesar Rp1,5 juta (US$112) selama 2014-2016. Sebagai tambahan, sebanyak 30% dari responden optimistis keuangan pribadi mereka meningkat dalam enam bulan ke depan.

Angka ini jauh di atas rata-rata survei sebanyak 20%. Konsumsi di Indonesia juga mendapat keuntungan dari harga komoditas yang mulai membaik. Credit Suisse juga memperkirakan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia  serta memprediksi produk domestik bruto Indonesia untuk tumbuh 5,2% di 2017, naik dari
PDB sebelumnya yaitu 5% di 2016. Konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 54,8% dari total PDB dengan pertumbuhan stabil pada level 5% berkat basis demografi dan populasi muda yang luas.

“Emerging Consumer Survey 2017 menganalisis kemungkinan pertumbuhan saat ini dan budaya konsumsi baru di negara berkembang. Tahun ini, kami mengamati perubahan pola dalam perilaku konsumsi dari kelas menengah. Kami juga menemukan peningkatan jumlah konsumen yang semakin “sadar” di negara-negara berkembang. Bisnis-bisnis  cerdas akan mengambil keuntungan dari perkembangan ini,” komentar Urs Rohner, Ketua Credit Suisse Research Institute dan Ketua Dewan Direktur Credit Suisse Group.

“Teknologi digital terus menjadi fasilitator dari berubahnya perilaku konsumen. Dengan lebih dari satu miliar konsumen baru di negara-negara yang termasuk dalam survei ini, potensi tersebut terbilang signifikan.” Richard Kersley, Head of Global Equity Research Product and Thematic Research di Credit Suisse mengatakan: “Analisis kami menunjukkan bahwa 10% dari rumah tangga dalam survei ini telah berhasil memasuki golongan berpendapatan menengah dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menciptakan basis konsumen sebanyak 1,25 triliun orang di delapan negara yang termasuk dalam survey ini, mengkonfirmasi pentingnya konsumen di negara berkembang dan kesempatan yang terus tumbuh bagi investor.”

Indonesia Kalahkan China dalam Indeks Kepercayaan Konsumen

Menghubungkan hasil survei ini dengan prospek investasi bagi Indonesia, Jahanzeb Naseer, Head of Research for Indonesia di Credit Suisse, meyakini bahwa pertumbuhan konsumsi Indonesia telah siap untuk menanjak kembali setelah bertahan stagnan selama hampir enam kuartal terakhir. “Penyebab dari perbaikan yang lemah pada konsumsi di Indonesia adalah belanja pemerintah yang negatif sepanjang tiga kuartal terakhir dan peningkatan tagihan utilitas bagi konsumen segmen bawah. Namun, dengan meningkatnya  pendapatan negara akhir-akhir ini dan peningkatan tajam pada pendapatan bukan pajak, yang didorong oleh penguatan harga batu bara dan minyak bumi, kami yakin kemampuan dan kemauan pemerintah untuk berbelanja akan meningkat di semester kedua 2017.”

Ella Nusantoro, peneliti sektor ritel mengatakan: “Peningkatan pada angka belanja pemerintah cenderung diikuti oleh peningkatan pada penjualan sektor ritel. Kami mengharapkan adanya peningkatan jumlah penjualan ritel pada semester kedua 2017 dengan dukungan dari peningkatan belanja pemerintah dan peningkatan lapangan  pekerjaan. Sementara pertumbuhan pendapatan terutama didorong oleh penyesuaian harga selama kuartal pertama 2017, volume diperkirakan akan naik dalam kuartal-kuartal berikutnya, seiring pemulihan konsumsi berkat belanja pemerintah yang lebih tinggi dan data lapangan pekerjaan yang lebih baik. Tingkat pengangguran di Indonesia kini 5,3%, yang terendah dalam satu dasawarsa terakhir.”

Peningkatan lapangan pekerjaan dan kenaikan pendapatan rata-rata sebesar 14%, ditambah dengan tunjangan hari raya untuk Lebaran, diprediksi dapat mendukung perbaikan belanja konsumsi di Indonesia hingga akhir tahun ini dan seterusnya. Gaya hidup “sadar” Survei ini menyoroti beberapa pola baru dalam perkembangan konsumsi, termasuk
pendekatan “berbelanja sadar” pada konsumen di negara-negara berkembang, yang berfokus pada gaya hidup yang lebih sehat dan lebih ramah lingkungan. Hal ini berarti pengeluaran lebih untuk perawatan kulit, makanan yang sehat dan pakaian olahraga, termasuk keinginan besar untuk menumpang kendaraan daripada membeli kendaraan  sendiri.

Hal ini menunjukkan konsumen mulai berpartisipasi dalam “the sharing economy” (ekonomi berbagi). Hampir 70% konsumen di Indonesia memilih mengkonsumsi makanan rendah gula dan makanan sehat. Indonesia menempati peringkat ketiga di antara kedelapan negara dalam survei ini. Konsumsi didominasi oleh kategori kebutuhan pokok tetapi juga bergerak ke arah belanja tidak wajib Pola belanja dari konsumen di kedelapan negara berkembang dengan pendapatan per kapita di bawah rata-rata cenderung lebih fokus  pada kebutuhan dasar. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, belanja tidak wajib turut meningkat. Dengan produk domestik bruto rendah, Indonesia berada pada tahap awal  dari peta jalan perkembangan konsumsi tidak wajib. Jumlah pengeluaran untuk makanan menjadi fokus konsumen Indonesia, mewakili 35% dari total belanja, dengan keinginan belanja terkuat pada kebutuhan pokok seperti air minum dalam botol, susu dan minuman berkarbonasi.

Pembelian makanan juga naik 1,4 kali dari tingkat pembelian makanan di China selama 2010-2016. Namun, pergerakan ke arah belanja tidak wajib juga terjadi. Pembelian smartphone juga mendapat momentum terbesar didukung oleh semakin luasnya akses internet. Pengeluaran untuk properti dan liburan juga sangat tinggi. Kami masih melihat preferensi konsumen terhadap kendaraan roda dua daripada kendaraan roda empat, salah satunya dipengaruhi oleh pendapatan rendah, serta tidak diragukan lagi juga karena harga bahan bakar. Belanja daring – sebesar apa akan berkembang? Pertumbuhan perniagaan daring atau e-commerce terus meningkat di negara-negara
berkembang. CSRI memprediksi belanja ritel daring di sejumlah pasar dalam survei ini menyentuh US$2,5 triliun pada 2025, naik dari US$1 triliun saat ini. Keuntungan terbesar
diraup oleh perusahaan-perusahaan daring Asia, yang meningkatkan laba dari US$ 2 miliar pada 2010 menjadi US$ 15 milyar tahun lalu.

Indonesia Kalahkan China dalam Indeks Kepercayaan Konsumen

Meskipun perluasan akses Internet di Indonesia masih terendah dibandingkan negara-negara lain yang disurvei, dalam jangka panjang industri e-commerce Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan. Indonesia mencatat pertumbuhan penetrasi internet hingga lebih dari tiga kali lipat sejak 2010 ke 51% tahun lalu dengan sebagian besar berpusat  pada penggunaan media sosial (90% konsumen menggunakan internet untuk media sosial). Indonesia juga mencatat persentase penggunaan ponsel pintar yang tinggi sebesar 67% untuk keperluan belanja daring.

Bangkitnya merk lokal – “juara konsumen nasional” Survei juga menunjukkan bahwa, sejalan dengan berkembangnya konsumen di negara berkembang, merk lokal juga terus menguasai pangsa pasar dalam segmen konsumsi menguntungkan yang sebelumnya dikuasai oleh merk global besar dari perusahaan multinasional negara Barat. Kunci pola investasi di negara berkembang adalah identifikasi “juara konsumen nasional”. Tren ini terutama berlaku untuk sektor farmasi Indonesia, di mana 78% konsumen Indonesia memercayai merek lokal akan khasiat dan keamanannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper