Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memastikan bahwa kontrak perjanjian jual beli harga gas antara Inpex Masela Limited selaku operator Blok Masela dengan tiga pabrik petrokimia akan diteken setelah penetapan harga gas.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono kementerian akan menagih kembali komitmen para investor yang sebelumnya telah melirik blok tersebut.
“Kami akan kumpulkan lagi untuk bikin kontraknya. Sejauh ini sudah ada tiga perusahaan dan akan kami pastikan soal komitmennya masuk ke Masela,” jelas Sigit saat dihubungi Bisnis, Senin (12/6/2017).
Indonesia masih mengimpor nyaris setengah bahan baku industri petrokimia yang nilainya per tahun mencapai rata-rata US$10 miliar per tahun. Padahal, industri petrokimia merupakan induk banyak sektor industri lain. Sampai saat ini, Indonesia hanya memiliki produsen petrokimia berbasis nafta atau minyak.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan industri petrokimia berbasis gas di Masela dengan total investasi sebesar US$3,9 miliar akan mendukung berdirinya pabrik metanol dan turunannya. Proyek ini diharapkan mampu menyerap sekitar 39.000 tenaga kerja langsung dan sebanyak 370.000 tenaga kerja tidak langsung.
“Di tingkat nasional, pengoperasian industri petrokimia di Blok Masela akan memberi nilai tambah sebesar US$2 miliar dan mampu mengurangi angka impor hingga US$ 1,4 miliar dari substitusi komoditas turunan gas alam dan metanol,” paparnya. Angka tersebut tidak termasuk pendapatan dari pajak yang dapat mencapai sekitar US$250 juta.
Airlangga menambahkan, pengoperasian pabrik akan dapat menumbuhkan perekonomian di wilayah tersebut mencapai 10 kali lipat dengan penambahan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar US$31 juta. “Sehingga, utilisasi ladang gas Masela untuk pengembangan industri petrokimia sangat strategis dalam pengembangan industri dan perekonomian di wilayah timur Indonesia,” tuturnya.