Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Perusahaan Dipastikan Bakal Bangun Pabrik Petrokimia di Masela

Kementerian Perindustrian memastikan tiga perusahaan akan membangun pabrik petrokimia berbahan baku gas di Blok Masela, Maluku.

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian memastikan tiga perusahaan akan membangun pabrik petrokimia berbahan baku gas di Blok Masela, Maluku.

Dari data terakhir yang dimiliki Kementerian Perindustrian, ketiga perusahaan yang berminat untuk investasi di Blok Masela adalah PT Pupuk Indonesia, Elsoro Multi Prima, dan Sojitz Indonesia. Total kebutuhan untuk ketiga pabrik ini mencapai 474 mmscfd.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan pemerintah sejauh ini belum menyusun skema waktu untuk pendirian pabrik dari eksplorasi gas Masela. Nantinya, lokasi pabrik akan menyesuaikan dengan titik pengiriman di blok ini.

“Kalau bicara mengenai gas dari Masela untuk industri, kepastian pembelinya tergantung kepada kepastian harga. Tadi saya sudah sampaikan, pastikan dulu [investasi di Masela], baru nanti akan kita bicarakan PJBG [Perjanjian Jual Beli Gas],” jelas Airlangga seusai rapat koordinasi Blok Masela untuk industri di kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Senin (12/6).

Pada informasi awal pengelolaan Blok Masela untuk industri, disebutkan bahwa Pupuk Indonesia akan mendapat alokasi 214 mmscfd, Elsoro sebesar 160 mmscfd, dan Sojitz sebesar 100 mmscfd. 

Secara rinci, Pupuk Indonesia akan megolah gas menjadi ammonia, Sojitz akan menghasilkan methanol, dan Elsuro akan memproduksi dimetileter. Setelah penetapan harga gas untuk Blok Masela rampung, maka kotraktor Blok Masela yaitu Inpex akan segera dapat menyalurkan gas ke perusahaan-perusahaan tersebut.

Inpex Masela Limited sebagai operator Blok Masela telah memulai persiapan kajian pra pendefinisian proyek atau pre front end engineering design (pre-FEED) setelah menerima surat perintah dari SKK Migas.

Selepas kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ke Jepang pada 16 Mei 2017 telah disepakati bahwa pre-FEED dilakukan dengan satu opsi kapasitas produksi dan satu pulau sebagai lokasi kilang LNG.

Pada surat perintah disebutkan bahwa kapasitas kilang gas alam cair (LNG) ditetapkan 9,5 juta ton per tahun (million ton per annum/MTPA) dan produksi gas pipa sebesar 150 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Inpex telah memulai persiapan kajian. Secara umum, Inpex yang menguasai saham partisipasi sebesar 65% dan Shell 35% menginginkan agar pengembangan awal dan pengimplementasian proyek pada cara keteknisan yang rasional dan memenuhi skala keekonomian.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Ratna Ariyanti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper