Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Berlebih, Telur di Bawah Harga Acuan

Harga telur di sentra produksi turun di bawah harga acuan sejak awal Juni kemarin. Penyebabnya karena pasokan yang berlebih akibat Keputusan Menteri Pertanian pada 29 Maret kemarin untuk melakukan pengurangan FS layer bagi peternak yang memiliki layer produktif lebih dari 100.000 ekor, belum sepenuhnya dilaksanakan.
Pedagang telur di pasar tradisional./JIBI-Dedi Gunawan
Pedagang telur di pasar tradisional./JIBI-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga telur di sentra produksi turun di bawah harga acuan sejak awal Juni kemarin. Penyebabnya karena pasokan yang berlebih akibat Keputusan Menteri Pertanian pada 29 Maret kemarin untuk melakukan pengurangan FS layer bagi peternak yang memiliki layer produktif lebih dari 100.000 ekor, belum sepenuhnya dilaksanakan.

Permendag No.27/2017 mengatur harga acuan pembelian telur di tingkat petani sebesar Rp18.000 per kg, sedangkan di tingkat konsumen sebesar Rp22.000 per kg. Sementara, harga telur nasional sebesar di sentra produksi Jawa Timur sekitar Rp14.000an per kg.

Presiden Peternak Layer Nasional (PLN) Musbar menyampaikan hasil evaluasi terhadap implementasi Kepmentan ini menunjukkan realisasi afkir layer produktif umur 70 minggu hanya 222.485 ekor atau tidak sampai 10% dari total populasi 224 juta ekor.

Itupun hanya dilakukan oleh lima perusahaan besar yang mudah diawasi oleh pemerintah. Sebaliknya, Kepmentan ini tidak dilaksanakan oleh integrated layer atau peternak layer mandiri yang cenderung sulit diawasi pemerintah.

"Belum semua melakukan. Dampaknya sekarang ini," tuturnya dihubungi pada Selasa (6/6).

Di sisi lain, imbuhnya, harga acuan pembelian telur di tingkat petani yang diatur Permendag memiliki kelemahan. Sebab, harga acuan ini tidak dapat diterapkan secara nasional.

Musbar memperhitungkan jika produksi telur di sentra produksi Jawa Timur memenuhi 40% kebutuhan telur nasional. Sementara, 60% konsumsi telur berada di Jabodetabek dan Bandung.

Akibatnya, meski harga acuan Rp18.000 per kg di tingkat peternak, tetapi pedagang membeli dengan harga Rp16.800 per kg. Sisa Rp1.200 per kg digunakan untuk ongkos distribusi ke daerah konsumen.

Tak hanya itu, Musbar menduga terjadi kartel oleh pedagang telur ayam dan posko harga telur illegal. Soal ini, dia telah melaporkan kepada Ketua Satgas Pangan Setyo Wasisto dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk mengambil tindakan.

Senada, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko menyampaikan harga turun juga terjadi pada broiler.

Data Pinsar Indonesia per 5 Juni menunjukkan, harga telur di sentra produksi sekitar Rp15.300 - Rp17.000 per kg. Sementara, harga broiler di sentra produksi sekitar Rp16.000 - Rp17.500 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper