Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia berpeluang untuk menggarap pasar produk halal di China, sejalan dengan meningkatnya permintaan tersebut dari konsumen di Tiongkok.
"Tahun depan kami harus fokus produk halal. Setidaknya di Ningxia dan Qinghai dulu," kata Duta Besar RI untuk China Soegeng Rahardjo di Beijing, Selasa (6/6/2017) seperti dikutip Antara.
Dipilihnya Daerah Otonom Ningxia dan Provinsi Qinghai itu, lanjut Dubes, karena populasi umat muslimnya relatif banyak.
Sekitar 34 etnis Hui yang mayoritas beragama Islam berada di Ningxia, sedangkan etnis Salar dan etnis Uighur terdapat di Qinghai.
"Di dua daerah itu dulu sambil mempelajari kompetitor produk halal yang kebanyakan dari Malaysia," kata Soegeng.
Negara jiran tersebut jauh lebih dulu memasarkan produk-produk halalnya di daratan China termasuk dengan membuka restoran-restoran makanan halal.
Namun, menurut Soegeng, bukan berarti peluang Indonesia tertutup dalam menawarkan produk halal di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu, yakni 1,3 miliar jiwa.
"Pasar produk halal jangan hanya dilihat dari 22 juta penduduk China beragama Islam, melainkan juga harus melihat ekspatriatnya. Apalagi kita dikenal sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia," katanya.
Selain itu, restoran yang menyajikan manakan halal atau "qing zhen" di China makin menjamur.
Di restoran-restoran halal tersebut juga dipadati para pembeli bahkan terlihat antrean panjang pembeli yang tentu saja tidak semuanya pemeluk Islam.
Saat ini kesadaran masyarakat China terhadap makanan berlabel "qing zhen" makin tinggi karena dianggap lebih menyehatkan.
Beberapa toko swalayan besar di Beijing juga telah memberikan tanda tersendiri atau memisahkan produk makanan halal dengan yang lain.
Daging sapi dan kambing serta produk turunannya yang dipotong dan diolah berdasarkan tuntunan syariah juga mudah didapat di Beijing.