Bisnis.com, JAKARTA—Penjualan alat berat pada kuartal pertama melonjak signifikan seiring dengan kenaikan harga batu bara. Pengusaha alat berat yakin penjualan bakal melampaui target pada akhir 2017.
Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin optimistis penjualan alat berat bisa melampaui angka penjualan pada tahun lalu sebanyak 4.000 unit. Hinabi yakin unit yang terjual pada tahun ini setidaknya naik 5% menjadi 4.200 unit.
“Untuk tahun ini kami optimistis karena tren permintaan dari sektor pertambangan mulai naik tajam,” ujar Jamaludin kepada Bisnis, Kamis (1/6/2017).
Penjualan alat berat pada kuartal pertama tahun ini mencapai 1.153 unit. Kinerja penjualan alat berat tumbuh 88% dibandingkan dengan realisasi penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 619 unit. Penjualan alat berat pada 2016 mencapai 4.066 unit.
Permintaan alat berat bergantung kepada dua sektor utama, yaitu konstruksi dan pertambangan. Kedua sektor itu menyumbang sekitar 80% dari keseluruhan permintaan alat berat. Sementara itu, sisa permintaan berasal dari sektor logistik dan agrobisnis.
Menurut Jamaludin, kinerja penjualan alat berat selalu linier dengan pergerakan harga komoditas dan belanja infrastruktur pemerintah. Bisnis alat berat melihat tren kenaikan harga batu bara sebagai gejala perbaikan pada pasar alat berat. Produsen alat berat menggenjot produksi alat berat untuk sektor pertambangan ketika harga komoditas naik. “Dengan begitu sector mining bisa menyumbang sekitar 40% dari total penjualan.”
Sementara itu, Presiden Direktur GM Tractors Tjandi Mulyono menyatakan penjualan unit masih ditopang permintaan alat berat untuk konstruksi. Permintaan dari sektor pertambangan masih mengalami pertumbuhan yang moderat.
“Memang coal mining sedang rebound, pengaruhnya di industri cukup signifikan. Tetapi penjualan kami masih lebih banyak didorong unit untuk konstruksi, terutama wheel loader,” ujar Tjandi.
Menurutnya, lembaga pembiayaan masih berhati-hati sebelum menyalurkan pembiayaan untuk pembelian alat berat. “Umumnya mereka masih ragu apakah kenaikan harga coal itu bertahan lama atau cuma siklus temporer,” ujar dia.