Bisnis.com, JAKARTA—Peningkatan permintaan kabel listrik berbahan aluminium mendorong utilisasi pabrikan kabel hingga 90% dari kapasitas produksi 200.000 ton per tahun.
Noval Jamalullail, Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel), kepada Bisnis, Rabu (31/5/2017), mengatakan program pembangunan pembangkit listrik hingga 35.000 Megawatt. Berbeda dengan pertumbuhan pasar kabel aluminium, pasar kabel tembaga justru stagnan.
"Permintaan kabel listrik berjenis tembaga berkurang karena kebutuhan dari sektor properti masih landai,” ujar Noval.
Kabel listrik dari tembaga didominasi oleh permintaan dari proyek di luar proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN). Selain sektor properti, pasar kabel tembaga digerakkan oleh permintaan dari pembangunan sejumlah fasilitas, termasuk bandara. Pada kuartal I/2017, utilisasi kabel listrik berbahan tembaga mencapai 60% dari kapasitas produksi sebanyak 400.000 ton per tahun. "Kami masih berharap banyak pada sektor properti agar cepat pulih supaya kabel listrik bertipe tembaga dapat kembali diserap," kata Noval.
Kabel terbagi ke dalam dua tipe besar, yakni kabel telekomunikasi dan listrik. Adapun kabel telekomunikasi terdiri dari jenis fiber optik dan telepon, sedangkan kabel listrik terbuat dari tembaga dan alumunium.
Produsen kabel secara bertahap mengurangi pasokan bahan baku impor seiring peningkatan kapasitas industri pengolahan mineral domestik. Pabrikan kabel banyak memasok mayoritas pasokan bahan baku dari dalam negeri.
Pasokan alumunium bagi aktivitas produksi industri Indonesia misalnya meningkat drastis selepas peralihan kepemilikan PT Asahan Indonesia Alumunium (Inalum) dari Jepang ke Indonesia. Inalum memasok sekitar 80% dari total kebutuhan produsen kabel yang mencapai 150.000 ton per tahun, sisanya disuplai dari semelter luar negeri. Produsen kabel sebelumnya harus mendatangangkan 70% bahan baku alumunium dari luar negeri sebelum peralihan kepemilikan Inalum.
Porsi pasokan lokal tembaga lebih besar, yaitu 90% dari kebutuhan industri kabel yang mencapai sekitar 300.000 ton per tahun yang mayoritas disuplai oleh PT Smelting Gresik. Pasokan tembaga dan alumunium belum bisa 100% dipasok dari dalam negeri karena keterbatasan kapasitas Inalum dan Smelting Gresik.