Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Plastik Menurun

Permintaan plastik pada Ramadan jelang Lebaran belum meningkat signifikan. Pebisnis memilih menunda peningkatan investasi hingga pasar membaik.

JAKARTA—Permintaan plastik pada Ramadan jelang Lebaran belum meningkat signifikan. Pebisnis memilih menunda peningkatan investasi hingga pasar membaik.

Sekjen Inaplas (Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik) Fajar Budiyono mengatakan iklim politik dan aksi teror bom menghambat permintaan plastik yang umumnya meningkat menjelang Lebaran. "Tanpa ada aksi teror pekan lalu, pertumbuhan diprediksi bisa mencapai single digit pada kuartal kedua," ujar Fajar ketika dihubungi Bisnis, Senin (29/5).

"Dengan adanya teror, industri plastik dalam tahap wait and see [menunggu dan menyelidiki]. Hal ini akan berpengaruh kepada pelaku bisnis industri plastik yang cenderung tidak menambah inventaris stock-nya. Padahal pasokan seharusnya terus berjalan menghadapi lonjakan permintaan saat Ramadhan," imbuhnya.

Pada kuartal pertama lalu industri plastik menurun 3%-5%. Penurunan ini diakibatkan oleh suhu politik Jakarta, efek ekonomi global, dan isu cukai plastik.
Menurut data dari BPS pada 2016 kebutuhan plastik mencapai 5,3 juta ton. Permintaan plastik pada tahun ini diperkirakan mencapai 5,8 juta ton. Sampat saat ini industri plastik domestik hanya bisa memenuhi kebutuhan sebesar 2,4 juta ton. Sisanya berasal dari impor yang mayoritas didatangkan dari sejumlah negara, seperti Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Sebagian lainnya berasal dari Arab Saudi dan negara lain di Eropa dan Amerika Selatan.

Fajar menyatakan pertumbuhan volume industri plastik domestik ditargetkan akan mencapai 5,6% pada tahun ini. Kenaikan konsumsi plastik umumnya terjadi pada kuartal kedua dan keempat.

Asosiasi juga masih mengeluhkan tarif gas yang dinilai masih mahal pada kisaran US$8,5 MMBtu—US$10 MMBtu. Harapannya ada penurunan harga sampai ke level harga US$6-US$7 MMBtu. Persoalan mengenai tarif gas diharapkan tidak berlarut-larut dan pemerintah dapat menyelesaikan segera.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper