Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah kembali menegaskan tidak ada alasan untuk harga-harga kebutuhan pokok naik pada Ramadan 2017 dan jelang Lebaran.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan ada dua penyebab utama sejumlah harga kebutuhan pokok naik yakni permintaan dan penawaran serta pemberitaan di media massa.
“[Akibatnya] Pedagang terdorong untuk menjual dengan harga tinggi,” kata Enggartiasto saat Rapat Kerja Kementerian Perdagangan dan Komisi VI DPR, Senin (29/5/17).
Mendag menjelaskan pihaknya telah melakukan empat langkah untuk menjaga kestabilan harga. Pertama, adanya penguatan regulasi.
Kedua, pemerintah telah melakukan penatalaksanaan termasuk didalamnya distribusi bahan pokok. Ketiga, Kementerian Perdagangan melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Perum Bulog.
“KPPU juga kami minta kawal serta Polri dengan pembentukan Satgas. Kalau tidak ada tindakan tegas maka tidak ada efek jera,” imbuhnya.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Tjahya Widayanti mengklaim kenaikan harga yang terjadi sepekan jelang Ramadan 2017 masih dalam batas wajar. Kendati demikian, pihaknya menyatakan akan terus melihat pergerakan harga.
“Beberapa yang mengalami kenaikan masih dalam batas toleransi atau belum di atas 5%,” ujar Tjahya.
Dia menjelaskan untuk tahun ini pemerintah telah melakukan antisipasi dengan mengeluarkan harga eceran tertinggi (HET) untuk tiga komoditas yakni gula, minyak goreng, dan daging beku di ritel modern. Selain itu, Kemendag menyatakan telah memeriksa stok di 34 provinsi telah tersedia.
Tjahya mencontohkan rata-rata harga gula pasir pada 2016 secara nasional mencapai Rp15.000 per ilogram sedangkan tahun ini hingga Mei 2017 senilai Rp13.000 per kilogram. Dia mengklaim tersebut berkat adanya HET yang ditetapkan oleh pemerintah.