Bisnis.com, JAKARTA - Morgan Stanley menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di jalur yang tepat. Di sisi lain, Pemerintah perlu mengakselerasi reformasi fiskal pascapenerapan amnesti pajak untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam riset bertajuk ‘1Q17 Growth Held Up On Better Public Spending & Exports’, bank investasi yang berbasis di New York ini mengemukakan reformasi perpajakan adalah cara bagi Pemerintah untuk tetap melanjutkan program pembangunan infrastruktur yang berdampak pada peningkatan daya saing nonkomoditas dan menciptakan efek berganda.
Adapun, trio ekonom Morgan Stanley Deyi Tan, Zhixiang Su dan Fuxin Liu menyatakan, laju produk domestik bruto Indonesia pada kuartal pertama tahun ini yang mencapai 5,01% masih berada di jalur yang tepat. Mereka menekankan belanja pemerintah masih menjadi pilar bagi pertumbuhan sepanjang tahun ini.
“Jalur pertumbuhan secara triwulanan memang cukup terjal. Namun, secara siklus, tren penurunan pertumbuhan ekonomi nampaknya telah menyentuh titik terendah pada 2015. Proyeksi PDB kami masih berada pada level 5,2% dan 5,4% untuk tahun ini dan 2018, berbanding 5% pada tahun lalu,” ujar mereka.
Deyi Tan, Zhixiang Su dan Fuxin Liu memaparkan Indonesia kini berada pada tahap kedua pemulihan perekonomian setelah menghadapi badai taper tantrum pada 2013. Tiga tahap tersebut adalah pemulihan stabilitas makro, pemulihan pertumbuhan dan rebalancing makro dari komoditas menuju nonkomoditas.
Pemulihan pertumbuhan, kata Morgan Stanley, membutuhkan peran elemen struktural dan siklus untuk menjaga prospek pertumbuhan ekonomi jangka menengah. Penyesuaian struktural (structural rebalancing), lanjut mereka, masih bergerak secara perlahan.
Baca Juga
“Stabilitas makro telah pulih dengan penyempitan defisit transaksi berjalan dan inflasi. BI pun telah selesai dengan langkah-langkah pelonggaran,” kata mereka.