Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku industri tetap melihat Benua Biru sebagai salah satu pasar ekspor strategis produk sawit. Resolusi parlemen terkait larangan penggunaan biodiesel berbasis sawit diyakini tak menggerus volume ekspor ke Uni Eropa.
Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Togar Sitanggang menyatakan Indonesia memiliki peran yang besar dalam pemenuhan kebutuhan biofuel Eropa. “Sawit Indonesia itu menyumbang lebih dari 20% kebutuhan Uni Eropa,” ujar Togar kepada Bisnis, Minggu (7/5).
Bagi dia, bukan hal yang mudah bagi negara negara di Eropa mengkonversi kebutuhan itu ke komoditas lain dalam jangka panjang. Produsen sawit domestik masih mempercayai hasil resolusi parlemen Uni Eropa tak serta merta mengubah pakta perjanjian perdagangan internasional yang sudah ada. “Kami percaya betul resolusi parlemen itu tidak legally binding terhadap ketetuan perdagangan di negara negara Uni Eropa.”
Dia menyatakan Indonesia merupakan eksportir produk sawit terbesar di dunia bersama Malaysia. Hasil produksi kedua negara mampu menyuplai sebanyak 80% permintaan sawit global. Produksi sawit Indonesia selama 2016 tercatat sebesar 34 juta ton. Sebanyak 28,26 juta ton produk sawit beserta produk turunannya diekspor ke berbagai negara. Volume ekspor komoditas sawit selama kuartal pertama 2017 tercatat sebesar 6,3 juta ton, atau menurun 13,7% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016.
“Perlu dicatat juga sebenarnya industri sawit Indonesia tidak terlalu terpaku kepada pasar Eropa. Negara tujuan ekspor sawit yang utama itu masih India.”
Togar mengatakan pelaku industri hulu sawit Indonesia secara umum sudah meningkatkan pasokan untuk memenuhi permintaan industri hilir domestik. Menurutnya, kebutuhan minyak sawit mentah nasional selama 2016 mencapai 6 juta ton. Selama periode yang sama, program B20 berhasil menyerap 3 juta ton sawit domestik untuk dikombinasikan dengan solar menjadi produk biodiesel. Ia memproyeksikan penyerapan sawit untuk biodiesel domestik meningkat menjadi 7 juta ton selama 2017.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta kepada otoritas pemerintahan Uni Eropa menjaga komitmen perdagangan yang sudah dijalin dengan Indonesia. “Kami ingatkan jangan sampai resolusi parlemen Uni Eropa nantinya mengganggu keberlanjutan kerja sama lain di berbagai bidang,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menemui Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Guerend, Jumat (7/5).
Airlangga menyebutkan Duta Besar Uni Eropa memastikan hasil resolusi parlemen sebatas pernyataan politik sebagian kalangan legislatif. “Sudah diklarfikasi itu sebatas statement politik dan tidak akan mengganggu perdagangan sawit Indonesia dengan Eropa. Cuma faktanya resolusi itu disetujui mayoritas parlemen, itu yang menjadi concern bagi Indonesia.”