Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukungan Pers Vital Kendalikan Inflasi Babel

Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Kepulauan Provinsi Bangka Belitung dalam sosialisasi pengendalian inflasi Bangka Belitung meminta pers untuk berupaya menyamakan persepsi dalam pengendalian inflasi Babel
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, PANGKALPINANG — Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Kepulauan Provinsi Bangka Belitung dalam sosialisasi pengendalian inflasi Bangka Belitung meminta pers untuk berupaya menyamakan persepsi dalam pengendalian inflasi Babel.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bangka Belitung Bayu Martanto mengatakan, setelah menindaklanjuti pertemuan dengan DPRD Provinsi Bangka Belitung, diperlukan kemitraan dengan pers yang sangat baik untuk mengatasi inflasi di Babel dari sisi ekpektasi publik.

"Sudut pandang konsumen dan para pelaku usaha pengambilan keputusan salurannya melalui media massa. Dari sisi produsen akan membuat kapan biaya produksi melalui informasi di media massa," ujarnya, Sabtu (6/5) usai melakukan sosialisasi pengendalian inflasi.

Lanjutnya, apa yang sudah dilakukan TPID selaku yang mempunyai kewenangan untuk mengontrol inflasi bersama pers agar menyamakan persepsi.

Sudarta, Manajer Unit Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengatakan, terutama mendekati bulan puasa, jangan sampai terjadi distorsi sehingga produsen mengambil keputusan sepihak.

"Misalnya, kerap terjadi pedagang menjual jauh lebih tinggi setelah mendapat informasi dari media, padahal dia membeli ke petani dengan harga yang sangat murah, akhirnya harga tidak sesuai dengan informasi yang sebenarnya," paparnya.

Kabag Biro perekonomian Setda Provinsi Kepulauan Babel selaku tim teknis TPID Babel menegaskan pembangunan ekspektasi masyarakat sangat mempengaruhi. "Misalnya, petani menjual Rp120.000 dengan modal Rp20.000 itu sudah untung banyak sekali. Kenapa dia jual dengan harga segitu? Karena saya lihat di berita, saya baca mahal pak," kata Ahmad Yani menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat setelah menerima informasi di media massa.

Dia menilai, di Kota Pangkapinang telah terjadi persaingan usaha yang kurang kompetitif selain barang penghasil yang jauh, terkadang juga terjadi gangguan di pelabuhan.

Kemudian ada monopoli di beberpa komoditas sehingga porsi harga seperti beras, cabai merah, daging ayam melonjak tinggi. "Struktur pasarnya tidak ideal maka itu kami gandeng KPPU. Kajian ini kami serahkan ke KPPU untuk ditindak lanjuti," ujarnya.

Dia mengatakan TPID sudah merancang program menengah panjang yakni kerja sama dengan Pemda DKI Jakarta, kegiatan cluster pengendalian inflasi untuk cabai, hasil perikanan tangkap, dan bawang merah.

Kemudian optimalisasi lahan dengan Bank Indonesia dengan memberdayakan ibu rumah tangga untuk bertanam kebutuhan sehari-hari yang difasilitasi Bank Indonesia. "Kalau itu berhasil ibu-ibu tidak perlu belanja lagi ke pasar dengan harga mahal, paling tidak bisa memberdayakan diri," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Syafri Ario

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper