Bisnis.com, LINGGA - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita menyampaikan harga telur masih belum stabil. Saat ini masih banyak peternak layer yang menjerit karena harga masih di bawah biaya produksi.
"Telur masih belum stabil harganya. Petani kita masih banyak yang menjerit," katanya saat memberikan sambutan pada kegiatan pengembangan indigofera di Kabupaten Lingga.
Harga telur ayam memang cenderung lambat naik meski Menteri Pertanian telah mengeluarkan instruksi pengurangan FS Ayam Layer melalui SK Mentan Nomor 3035/Kpts/PK010/F/03/2017 tentang pengurangan DOC FS Broiler, DOC FS Jantan Layer, dan FS Ayam Layer sudah berjalan hampir empat pekan.
Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Singgih Januratmoko menyampaikan harga telur masih di angka Rp14.000 per kg di tingkat peternak di Jawa Timur dan Rp16.500 per kg di Jawa Barat. Harga ini lebih tinggi dibanding saat Februari-Maret yang berada di kisaranRp13.500 - Rp15.000 per kg di tingkat peternak.
"Harga telur masih belum stabil, masih di bawah HPP," tuturnya, Jumat (21/4/2017).
Singgih meminta pemerintah segera mengeluarkan harga referensi ayam broiler, karkas, dan telur yang termuat dalam revisi Permendag No. 63 Tahun 2016 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.
Baca Juga
Singgih menyebut harga referensi penjualan yang disepakati di antaranya Rp18.000 per kg untuk live bird dan telur di tingkat peternak, serta Rp22.000 untuk telur dan Rp32.000 untuk karkas di tingkat konsumen. Adapun, harga referensi jual DOC broiler Rp4.641 per ekor.
"Kami meminta harga referensi segera keluar. Kalau harga referensi sudah keluar, maka pemerintah akan lebih mudah membuat kebijakan ketika harga tidak stabil," katanya.