Bisnis.com, JAKARTA - PT Perkebunan Nusantara XI memproyeksikan laba 2017 sebesar Rp90 miliar, lebih rendah dari perolehan laba tahun-tahun sebelumnya yakni Rp186 miliar pada 2015 dan Rp194 miliar pada 2016. Pada Januari-Februari 2017, PTPN XI meraih laba Rp3,2 miliar.
Adapun, produksi gula kristal putih diproyeksikan sebesar 449.462 ton dengan rendemen 7,9% dan produksi tebu 5,6 juta ton. Proyeksi produksi ini lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 319.913 ton dengan rendemen 6,25% dan produksi tebu 5,1 juta ton, serta produksi gula 2015 sebesar 406.517 ton dengan rendemen 8,04% dan produksi tebu 5,04 juta ton.
Meski produksi gula tahun lalu turun karena iklim yang cenderung basah, tetapi laba tetap lebih tinggi dari 2015. Perolehan laba tahun tersebut dicapai melalui langkah efisiensi sejumlah pembiayaan yang dilakukan perusahaan, juga ditopang dengan harga gula yang tinggi. Meski demikian, beberapa pembiayaan tidak dapat ditahan seperti biaya energi karena musim hujan.
Direktur Utama PTPN XI Moh Cholidi memasang target konservatif pada perolehan laba tahun ini. Sebab, pada tahun ini PTPN XI melakukan investasi besar senilai Rp1,6 triliun, yang diperoleh dari Penyertaan Modal Negara sebesar Rp650 miliar dan perbankan sebesar Rp900an miliar, untuk modernisasi Pabrik Gula Jatiroto dan Pabrik Gula Asembagus.
Dari angka tersebut, investasi sebesar Rp870 miliar digunakan untuk peningkatan kapasitas giling PG Jatiroto dari 7.000 TCD menjadi 10.000 TCD. Sementara, peningkatan kapasitas giling PG Asembagus dari 3.000 TCD menjadi 6.000 TCD menelan dana Rp720 miliar. Cholidi berharap dua pabrik gula dengan kapasitas baru tersebut dapat beroperasi pada 2018.
"Proyeksi laba kami di RKAP menggunakan angka aman yakni Rp90 miliar. Sebab, tahun ini kami melakukan investasi besar, dimana kami harus memperhitungkan penyusutan dan bunga sebesar Rp320 miliar yang harus diangsur setiap tahun," tuturnya ditemui usai ditemui usai peresmian kantor perwakilan PTPN XI di Jakarta, Minggu (9/4).
Pada tahun berikutnya, PTPN XI melakukan peningkatan kapasitas giling menjadi 4.000 TCD pada empat pabrik gula lainya yakni di Prajekan, Wonolangan, Soedhono, dan Magetan. Dengan investasi tahap awal sebesar Rp500 miliar, harapannya empat pabrik gula dengan kapasitas baru itu dapat beroperasi 2019.
Melalui modernisasi ini harapannya dapat menekan harga pokok produksi gula menjadi Rp6.500 per kg, dari rata-rata pabrik gula Rp9.000 per kg, sehingga keuntungan bisa lebih besar.
Selain itu, Cholidi menyampaikan pabrik gula yang tutup tidak serta merta mati. Namun, pabrik tersebut akan dialih fungsikan pada kegiatan operasional yang mendukung industri gula. Yang sedang dipersiapkan tahun ini adalah Kanigoro sebagai pusat layanan teknis perbaikan mesin pabrik gula dengan investasi sekitar Rp50 miliar.
"Regrouping akan dilakukan bertahap. Tahun ini Kanigoro. Dengan modernisasi Jatiroto, kemungkinan yang terdampak adalah Gending," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Komisaris Utama PTPN XI M Fadhil Hasan menyampaikan dalam jangka panjang PTPN XI perlu memperdalam hilirisasi dengan mengembangkan produk selain gula, sebagai sumber pendapatan lain. Dengan demikian, harapannya dapat membagi resiko, dari yang salam ini hanya menggantungkan pada penjualan gula.
"Kami ingin ada stabilisasi laba dengan tren yang terus meningkat. Selama ini, pabrik gula bumn sangat bergantung pada harga. Jika harga baik, maka pendapatan akan baik. Pun sebaliknya, jika harga jelek, maka pendapatan juga jelek," imbuhnya.