Bisnis.com, JAKARTA—Emiten pengembang lahan industri PT Surya Semesta Internusa Tbk. berhasil membukukan penjualan lahan industri seluas 1,8 hektar dalam dua bulan pertama tahun ini, atau 9% dari target penjualan tahun ini seluas 20 hektar.
Erlin Budiman, Head of Investor Relation Surya Semesta Internusa mengatakan, penjualan tersebut dibukukan dari perusahaan elektronik dan alat tulis di kawasan industri Surya Cipta, Karawang, Jawa Barat, milik perseroan.
Erlin menilai hasil tersebut cukup memuaskan. Lagi pula, tahun lalu perseroan hanya mampu menjual lahan satu hektar sepanjang sembilan bulan awal, meskipun akhirnya mampu menjual 10,4 hektar hingga akhir tahun.
Menurutnya, bisnis kawasan industri sulit diprediksi sehingga dirinya tidak bisa memproyeksikan potensi penjualan semester pertama ini. Meski begitu, SSIA sejauh ini sudah mendapatkan permintaan yang cukup serius dari sejumlah perusahaan.
“Kami melihat saat ini sudah ada inquiries hampir 25 hektar lagi. Ini yang coba kami fokuskan tahun ini,” katanya, Rabu (22/3/2017).
SSIA juga meningkatkan harga jual lahan industrinya tahun ini dari US$125 per meter persegi (m2) tahun lalu menjadi US$150 per m2, atau sekitar Rp2 juta per m2 dengan kurs Rp13.300 per dollar AS.
Dengan kata lain, dari realisasi penjualan seluas 1,8 hektar di awal tahun ini, SSIA sudah membukukan marketing sales sekitar Rp36 miliar.
Erlin mengatakan, penjualan lahan industri tahun ini kemungkinan masih lemah, tetapi besar harapan sudah mulai membaik dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, SSIA mematok target marketing sales hingga 30 hektar, tetapi hanya 30% yang terealisasi.
Untuk memacu penjualan tahun ini, Erlin mengatakan SSIA akan lebih aktif mendekati calon pelanggan dengan melakukan roadshow ke sejumlah negera yang potensial, khususnya di Asia. Menurutnya, perseroan berhasil menyelamatkan kinerja penjualan tahun lalu karena upaya proaktif seperti itu.
Erlin mengatakan, sejak awal tahun perseroan membidik 26 hektar inquiries yang cukup serius dan kini tersisa kurang dari 25 hektar setelah terjual 1,8 hektar. Sejatinya, inquiries yang masuk lebih besar dari itu, tetapi perseroan memilih lebih konservatif dalam menilai prospek calon pembeli yang serius untuk merealisasikan pembelian.
Meski butuh nafas panjang, Erlin menilai bisnis kawasan industri masih prospektif di masa mendatang, seiring perekonomian nasional yang akan terus bertumbuh. Ekspansi usaha akan terus berlanjut dan permintaan lahan industri akan tetap stabil.
Hanya saja, di tengah perlambatan ekonomi saat ini, realisasi penjualan memang agak terbatas. Namun, SSIA sudah siap mengantisipasi lonjakan permintaan di tahun-tahun mendatang dengan mempersiapkan kawasan industri baru di Subang, Jawa Barat.
Perseroan berencana membebaskan 500 hektar lahan di Subang tahun ini dengan anggaran Rp750 miliar, setelah dua tahun sebelumnya membebaskan 531 hektar. Mulai tahun depan, perseroan akan merancang rencana induk atau masterplan atas kawasan tersebut.
Pengembangan infrastrukturnya akan dimulai segera setelahnya sehingga bisa mulai dipasarkan 2019 nanti. Diperkirakan, kebutuhan investasi infrastruktur kawasan untuk 1.000 hektar kawasan industri itu butuh dana Rp800 miliar. Adapun, SSIA mengantongi izin lokasi seluas total 2.000 hektar di Subang.
Lokasi kawasan industri tersebut akan sangat strategis dengan kehadiran pelabuhan laut dalam di Patimban, yang terletak di utara Subang. Pelabuhan dengan kapasitas 3,7 juta TEUs itu rencananya akan mulai dibangun pada 2018. Pelabuhan tersebut nantinya bakal dijadikan pelabuhan untuk industri otomotif.