Bisnis.com, JAKARTA—PT Lippo Karawaci Tbk. menargetkan dapat memperluas cakupan mal ritel dengan membangun 15 mal baru dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun ke depan.
“Perseroan melihat pasar ritel sedang berkembang pesat dan potensi yang ada di dalamnya begitu besar untuk bisa digarap,” ungkap manajemen perseroan dalam laporan tahunan yang dirilis pada Senin (6/3/2017).
Hingga akhir tahun lalu, perseroan tetah mengelola 46 mal dengan total gross floor area (GFA) sebanyak 3,2 juta meter persegi (m2) dan total area sewa bersih sekitar 1,2 juta m2. Peningkatan portofolio tersebut tidak saja diperoleh melalui pembangunan baru, tetapi juga akuisisi.
Manajemen mengungkapkan, rata-rata tingkat okupansi mal yang dikelola LPKR mencapai 88%. Selain terus menambah portofolio mal baru, perseroan akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas mal dengan memperbaiki tenant mix dan margin sewa.
Selain membangun dan mengakuisi, perseroan juga menjual dan mengoperasikan mal ritel ini ke mana manajer dana investasi real estate atau DIRE. Lippo saat ini memiliki dua unit usaha DIRE yang mengelola aset mal, yakni Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIRT) dan First REIT yang tercatat di Bursa Singapura.
Dari total 46 mal yang dikelola, 10 mal dimiliki perseroan, 20 dimiliki LMIRT dan 2 dimiliki First REIT. Selebihnya, ada 9 strata-title mal yang dibangun perseroan, serta 5 yang dimiliki oleh pihak ketiga. Sepanjang tahun lalu, tiga mal baru dibuka LPKR yakni Lippo Plaza Jambi, Lippo Plaza Lubuk Linggau, dan Lippo Plaza Kebun Raya Bogor.
Perseroan belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait proyeksi kebutuhan investasi bagi kelima belas proyek mal baru tersebut serta sumber pendanaan yang akan digunakan.
Namun, sebagai gambaran, Lippo Plaza Lubuk Linggau yang beroperasi pada akhir tahun lalu menelan investasi Rp750 miliar. Mal ini memiliki area sewa bersih 21.000 m2.
Manajemen mengungkapkan, Lippo berencana untuk terus meningkatkan fee based income dari pengelolaan dan peningkatan portofolio mal yang dijual ke DIRE saat aset tersebut telah stabil.
Tahun lalu, pendapatan perseroan dari lini bisnis jasa manajemen mencapai RP378,7 miliar, atau 3,6% dari total pendapatan perseroan yang mencapai Rp10,5 triliun. Pendapatan jasa manajemen merupakan pendapatan yang berasal dari pengelolaan pusat belanja dan pengelolaan REIT atau DIRE.