Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan nilai ekspor perikanan tahun ini US$5 miliar atau naik nyaris 20% dari realisasi tahun lalu kendati dibayangi pengetatan kebijakan.
Nilai itu naik 19,9% dari realisasi pengapalan perikananan tahun lalu US$4,17 miliar (angka sementara). Namun, angka tersebut dipatok lebih rendah dari target menurut rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) US$7,6 miliar.
"(Tahun) 2017 kami optimistis mulai naik," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Nilanto Perbowo, Kamis (16/2/2017).
Dia menuturkan pasar tradisional, seperti Amerika Serikat dan Jepang, masih diandalkan. Adapun komoditas yang menjadi tumpuan a.l. udang; rumput laut; dan tuna, cakalang, tongkol (TCT).
Seperti diketahui, pemerintah menerapkan kebijakan ketat dalam dua tahun terakhir, seperti larangan kapal ikan buatan luar negeri (eks asing) beroperasi, pengetatan ekspor kepiting, lobster, dan rajungan, serta pembatasan pengangkutan ikan hidup.
Adapun tahun ini, pemerintah melarang penggunaan cantrang yang mengakibatkan industri surimi berhenti beroperasi. Padahal, surimi salah satu komoditas ekspor.
Soal curah hujan tinggi, Nilanto mengaku faktor itu sudah masuk ke dalam perhitungan target ekspor tahun ini. Selain mengganggu aktivitas perikanan tangkap karena nelayan sulit melaut, curah hujan yang terlampau tinggi juga menghambat budidaya rumput laut.
"Ini hujan terus-menerus. Mudah-mudahan tidak memberi dampak besar (terhadap ekspor perikanan)," ujarnya.