Bisnis.com, JAKARTA— PT Microsoft Indonesia berencana meluncurkan platform pelatihan ketenagakerjaan digital bersama dengan Yayasan Cipta Anak Bangsa dan Kementerian Ketenagakerjaan.
“Target utama Microsoft kali ini adalah anak-anak muda dengan kisaran usia 15-24 tahun. Peluncurkan aplikasi ini bertujuan untuk mempersiapkan mereka menjadu wirausaha atau pekerja sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki,” kata Ruben I Hattari, Director of Corporate Affairs Microsoft Indonesia, kepada Bisnis.
Platform yang diberi nama GenerasiBisa! ini terdiri dari empat subkomponen yakni pasar lowongan pekerjaan, pelatihan tenaga kerja, mentorship, dan informasi mengenai pengembangan diri.
Untuk subkomponen pertama, Microsoft dan Yayasan Cipta Anak Bangsa (YCAB) mengembangkan sebuah market place yang ditujukan bagi para pekerja muda atau fresh graduate. Nantinya, Microsoft Indonesia akan bekerjasama dengan sejumlah perusahaan swasta untuk memasukkan lowongan pekerjaan di portal tersebut.
Lebih lanjut, platform tersebut akan memuat mengenai pelatihan tenaga kerja yang difokuskan mempersiapkan kemampuan bagi calon tenaga kerja. Ruben mengungkapkan pihaknya sudah bekerjasama dengan Kemenaker untuk memasukkan platform ini ke kurikulum yang dimiliki oleh Balai Latihan Kerja (BLK).
“Sekarang sudah masuk era digital sehingga calon tenaga kerja harus dikenalkan untuk mengaplikasikan dan memanfaatkan software ini, termasuk dalam hal pelatihan. Untuk menambah kesiapan tenaga kerja, kami juga melengkapinya dengan keberadaan mentor,” tekannya.
Untuk sementara, dirinya mengemukakan pihaknya dan Kemenaker belum memiliki target yang pasti mengenai kerja sama karena aplikasi ini belum diluncurkan secara resmi. Kendati demikian, dengan kerja sama YCAB, Ruben menyebutkan aplikasi ini akan didistribusikan ke 70 rumah budaya YCAB.
“Ada peluang konten dari aplikasi ini bisa dimanfaatkan bagi anak-anak muda yang berada di daerah tertinggal. Oleh karena itu, kami juga menyediakan informasi mengenai pengembangan diri,” tambahnya.
Berdasarkan data Kemnaker jumlah BLK ada totalnya 301 dengan kepemilikan pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota. Dari jumlah tersebut, 38 BLK tidak aktif alias statusnya sudah tidak beroperasi lagi.
Hingga saat ini, persoalan pelatihan dan pengembangan ketrampilan tenaga kerja selalu menghadapi tantangan klasik yakni keterbatasan dana dalam pengelolaan BLK.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri mengungkapkan salah satu strategi untuk membuka akses kerja atau mengurangi pengangguran adalah dengan program pelatihan bagi angkatan tenaga kerja.