Bisnis.com, JAKARTA—PT Saratoga Investama Sedaya Tbk mencari peluang investasi baru dalam proyek infrastruktur setelah perseroan melepas 18% sahamnya di PT Lintas Marga Sedaya (LMS), pengelola jalan tol Cikopo—Palimanan sepanjang 116 kilometer, kepada PT Astratel Nusantara senilai Rp2,5 triliun.
Corporate Communications PT Saratoga Investama Sedaya Catharina Latjuba mengatakan, langkah divestasi tersebut akan memberikan ruang yang lebih besar bagi perseroan dalam menangkap peluang-peluang investasi baru di sektor infrastruktur dan konsumen.
Kedua sektor ini menjadi fokus utama ekspansi Saratoga dalam menyeimbangkan portofolio investasinya beberapa tahun terakhir, di samping sektor sumber daya alam.
“Proyek jalan tol juga merupakan suatu pilar infrastruktur yang menarik. Oleh karena itu Saratoga akan menilik peluang baru jika ada kesempatan baik untuk ruas-ruas tol baru ke depannya,” ujarnya, Rabu (18/01).
Menurutnya, divestasi Saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (Saratoga) melalui PT Interra Indo Resources di PT Bhaskara Utama Sedaya, pemegang 45% saham tol Cipali, dilakukan pada momen yang tepat.
Tol terpanjang di Indonesia itu telah 1,5 tahun beroperasi dan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan aksesibilitas penumpang dan logisitik di Pulau Jawa.
“Sebagai perusahaan investasi aktif, Saratoga merasa bangga dan bersyukur telah dapat melahirkan dan menghantarkan LMS menjadi operator jalan tol terpanjang di Indonesia yang memberikan manfaat tidak hanya kepada pengguna jalan tol namun juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh daerah-daerah yang dilewati tol Cipali,” ujarnya.
Jalan tol Cipali merupakan infrastruktur tol pertama yang dibangun Saratoga, bersama dengan perusahaan swasta lain yaitu PT Surya Semesta Internusa Tbk membentuk PT Baskhara Utama Sedaya (BUS).
BUS merupakan pemegang saham 45% tol Cipali, sementara 55% sisanya dikuasai PLUS Expressway Berhard, salah satu perusahaan jalan tol Malaysia.
Pembebasan lahan tol yang terdiri dari enam seksi ini memakan waktu enam tahun. Sementara proses konstruksi dimulai sejak seremoni peletakan batu pertama oleh Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum pada 2011, dan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 2015.