Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo ingin Indonesia mendulang keuntungan besar dari Blok East Natuna.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyampaikan hal tersebut usai rapat dengan Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri, di Istana Merdeka, Rabu (11/1/2017).
Selain mempersiapkan bahasan sejumlah proyek dalam kunjungan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akhir pekan ini, presiden dan menteri membahas soal Blok East Natuna.
Menurut Luhut, pemerintah ingin menyelesaikan masalah yang terjadi di masa lalu, salah satunya Blok East Natuna. Dari kontrak proyek yang berlokasi di Kepulauan Riau itu, dia menilai Indonesia tidak mendapat keuntungan apa pun, sedangkan Exxon mendulang keuntungan penuh.
"Pembagian keuntungan itu Indonesia dapat 0%, Exxon dapat 100%. Kami stop itu, alihkan ke Pertamina. Pertamina sekarang negosiasi B-to-B dengan Exxon. Mesti Indonesia kebagian. Presiden selalu ingin republik lebih besar," kata Luhut, Rabu (11/1/2017).
Konsorsium Blok East Natuna dipimpin PT Pertamina (Persero) dan beranggotakan ExxonMobil dan PTT EP Thailand. Sampai saat ini konsorsium belum dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan struktur minyak karena perlu kajian lebih lanjut.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf). Hanya 46 Tcf gas di antaranya yang bisa diproduksi karena sekitar 72% komposisi adalah karbondioksida. Adapun, untuk minyak, terdapat potensi produksi sebesar 15.000 barel per hari (bph).