Bisnis.com JAKARTA – Pengetatan anggaran pemerintah termasuk di Kementerian Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan tidak lantas membuat pelau usaha mainan edukatif pesimistis menghadapi 2017.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Mainan Anak Edukatif dan Tradisional Indonesia (Apmeti) Danang Sasongko mengatakan rata-rata penjualan perusahaan dalam satu bulan pada 2016 mencapai 22.000 unit atau naik sekitar 10% dari tahun sebelumnya.
“Kenaikan disebabkan oleh ada banyaknya program pemerintah di tingkat PAUD, jadi sangat membantu pengrajin. Apalagi lembaga pendidikan sekarang diminta untuk menggunakan mainan dalam negeri,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (10/1).
Sebelumnya, pemerintah telah memotong anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar Rp3,78 triliun menjadi Rp39,82 triliun pada tahun ini. Namun, pelaku usaha mengaku tak khawatir dengan pemangkasan anggaran tersebut.
Untuk tahun ini, dia yakin penyerapan mainan anak akan naik 10%-20% seiring rencana Kementerian Perindustrian untuk melakukan nota kesepahaman untuk pengadaan produk industri kecil dan menengah (IKM) dalam negeri, seperti puzzle, bongkar pasang, dan balok.
Dia memperkirakan penyerapan yang bisa diraih pelaku usaha bisa mencapai Rp12 miliar untuk satu Provinsi DKI Jakarta.
“Misalnya satu lembaga ada bantuan mainan sekitar Rp1,5 juta dikali jumlah lembaga PAUD. Di DKI Jakarta saja ada sekitar 8.000. Kalau MoU ini bisa terealisasi akan sangat membantu para pengrajin,” ujarnya.