Bisnis.com, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik mencatat nilai inflasi tahunan di Riau mencapai 4,04% yang dinilai masih terkendali. Inflasi tersebut sesuai dengan proyeksi inflasi tahunan Bank Indonesia 3%-5%.
Kepala BPS Riau Aden Gultom mengatakan inflasi tahunan tersebut selalu dipicu naiknya harga komoditas cabai merah. Permintaan cabai merah di Riau cukup tinggi karena bumbu ini wajib bagi rumah tangga dan konsumsi pelaku usaha kuliner.
"Harga cabai merah sering melonjak drastis. Hal ini dikarenakan pasokan cabai merah kerap menipis. Cabai merah kerap mengalami gangguan pada proses distribusi," kata Aden Gulton, Selasa (3/1/2017).
Selain cabai merah, beberapa bahan makanan lainnya juga menyumbang terjadinya inflasi tahunan di Riau, seperti daging ayam ras, telur ayam, beras dan ikan laut.
Selain bahan makanan, beberapa faktor penyumbang inflasi naiknya harga rokok kretek, angkutan udara dan tarif pulsa ponsel.
BPS juga mencatat inflasi Riau pada Desember 2016 tercatat Riau mengalami inflasi 0,23% dipicu naiknya harga bahan makanan. Beberapa harga sektor pengeluaran lainnya juga tercatat meningkat.
Namun, Aden Gultom mengatakan penjualan pakaian pada akhir tahun itu mengalami deflasi. Karena rendahnya daya beli masyarakat dalam menyambut tahun baru.
"Biasanya, daya beli masyarakat teradap pakaian cenderung meningkat di akhir tahun. Namun, tidak demikian pada Desember silam," katanya.
Sementara itu, Bank Indonesia Perwakilan Riau dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Riau memutuskan untuk mendorong suplai cabai merah dengan gerakan tanam cabai di pekarangan rumah.
Wakil Ketua TPID Riau yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau Ismet Inono mengatakan program ini sudah dibicarakan beberapa waktu lalu dengan lembaga terkait.
"Rencana ini adalah inisiasi Bank Indonesia dan sudah dibicarakan sebelumnya, jadi TPID Riau berencana melawan penyebab inflasi dengan melibatkan ibu rumah tangga untuk menanam cabai di pekarangan rumah," katanya.
Ismet mengatakan ibu rumah tangga yang dilibatkan itu nantinya adalah anggota PKK tiap daerah kabupaten kota percontohan.
Rencananya program tanam cabai TPID Riau ini akan digelar di tiga daerah yang menjadi patokan angka inflasi yaitu Pekanbaru, Dumai, dan Tembilahan, dengan percontohan awal ditetapkan di Pekanbaru.
Di daerah itu, nantinya minimal 10 rumah di lima kecamatan, akan ditanam sekitar 15 pohon cabai merah sebagai percontohan penerapan program tanam cabai tersebut.
"Selain koordinasi dengan PKK, pendataan dan pembinaan peserta juga dilakukan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau," katanya.
Selama program ini berjalan, akan dilakukan pendampingan, pengawasan, pelatihan, hingga kompetisi yang dimenangkan rumah tangga pelaksana program terbaik.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Riau Ahmad Hijazi mengatakan untuk mengantisipasi dampak inflasi dari cabai merah memang perlu intervensi dari TPID.
"Intervensi yang bisa dilakukan yaitu dengan langkah menambah pasokan lewat program tanam cabai di pekarangan ini," katanya.
Dengan tahapan program yang jelas, tanggung jawab satuan kerja pemda pun jelas, diharapkan langkah intervensi ini dapat berjalan maksimal dan menekan inflasi akibat komoditas cabai ke depannya.