Bisnis.com, JAKARTA--Opsi untuk melakukan tukar gas dari Tangguh Train III-Lapangan Gas Kasuri untuk menyuplai kebutuhan PT Pupuk Indonesia, tak jadi dilakukan karena rencana pembangunan pabrik yang tak sesuai dengan rencana produksi gas pertama Lapangan Kasuri, Papua.
Kepala Juru Bicara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Z Yunus mengatakan opsi swap atau tukar gas dari Tangguh Train-Kasuri tak jadi dilakukan. Adapun, rencananya Lapangan Kasuri mulai memproduksi gas pertamanya pada 2019. Sementara, pasokan gas Tangguh seharusnya disalurkan dua tahun setelah onstream yakni sekitar 2022.
Di sisi lain, pabrik yang akan dibangun PT Pupuk Indonesia ditargetkan rampung pada 2022. Dengan demikian, bila PT Pupuk Indonesia menerima pasokan dari Kasuri, tak akan sesuai karena pabrik belum selesai dibangun.
"Yang paling cepat itu Pupuk Indonesia baru [selesai pabriknya] 2022," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Dia mengakui hingga saat ini aspek komersial masih menjadi masalah dalam rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD). Aspek di bawah permukaan tanah juga fasilitas produksi, ujar Taslim, sudah selesai.
Dia menyebut ada opsi lain pembeli gas yakni Ferrostaal yang akan digunakan untuk bahan baku petrokimia dan menyewa fasilitas pencairan gas terapung untuk mengolah gasnya. Dengan harga jual US$6 per MMBtu, dia menuturkan belum terdapat komitmen dari pembeli. Alhasil, persetujuan PoD belum bisa dirampungkan di tahun ini.
Dia memperkirakan PoD 1 atas Lapangan Kasuri yang dioperatori Genting Oil mendapat persetujuan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan pada Januari 2017. Rencananya, Lapangan Kasuri menghasilkan 285 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) dari investasi senilai US$900 juta.
"Rencananya sih [selesai] Januari tahun depan," katanya.