Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kimia Farma Investasi Pabrik Garam Farmasi Rp76 Miliar

BUMN Farmasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk menyiapkan belanja modal sekitar Rp76 miliar untuk membangun pabrik garam farmasi atau bahan baku obat (BBO) tahap 2 dengan kapasitas 4.000 ton/tahun.
Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman /Bisnis.com
Direktur Utama Kimia Farma Rusdi Rosman /Bisnis.com

Bisnis.com, JOMBANG – BUMN Farmasi PT Kimia Farma (Persero) Tbk menyiapkan belanja modal sekitar Rp76 miliar untuk membangun pabrik garam farmasi atau bahan baku obat (BBO) tahap 2 dengan kapasitas 4.000 ton/tahun.

Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman mengatakan Kimia Farma telah membeli lahan di sekitar pabrik garam farmasi tahap 1 (2.000 ton/tahun) yakni seluas 1 ha. Dengan menambah pabrik garam farmasi, Kimia Farma bakal menyuplai kebutuhan garam farmasi dalam negeri yang mencapai 6.000 ton/tahun.

“Dalam waktu dekan kami akan ground breaking untuk pabrik tahap 2. Sekarang kami tinggal menunggu Menteri BUMN yang akan hadir nanti,” katanya seusai Peresemian Pabrik Garam Farmasi Tahap 1 Kimia Farma, di Watudakon, Desa Jombok, Kecamatan Kesamben, Jombang, Kamis (8/12/2016).

Dia memaparkan pada pembangunan pabrik garam farmasi tahap 1, Kimia Farma telah menghabisakan anggaran Rp35 miliar, atau lebih tinggi dari perencanaan investasi awal yakni hanya Rp28,8 miliar.

“Investasi pada tahap pertama ini membengkak karena memang ada penyesuaian dari skala laboratorium, dan skala industri, sehingga proses pembangunan juga sedikit terlambat,” jelasnya.

Rusdi menjelaskan untuk memproduksi BBO jenis garam farmasi, pihaknya mendapat suplai garam krosok (mentah) dari PT Garam dengan harga Rp1.000/kg, atau lebih tinggi dari harga garam di pasaran. Hal tersebut merupakan sinergi BUMN antara Kimia Farma dengan PT Garam, terutama untuk menghidupkan para petani garam.

Sedangkan hasil olahan berupa garam farmasi yang sudah diproduksi sendiri dipasarkan dengan harga Rp13.500/kg lebih rendah dibandingkan harga garam farmasi impor dari Australia yang mencapai Rp20.000/kg.

“Dengan memproduksi sendiri garam farmasi, kita sudah bisa memenuhi 100% kebutuhan garam farmasi dalam negeri, bahkan industri farmasi bisa lebih menghemat dibandingkan harus impor dengan harga mahal,” jelasnya.

Rusdi menambahkan produksi garam farmasi Kimia Farma sendiri nantinya masih dipasarkan di dalam negeri untuk kebutuhan industri farmasi. Bila mampu meningkatkan produksi, tidak menutup kemungkinan Kimia Farma juga akan memnuhi kebutuhan ekspor.

“Korea Selatan itu butuh 4.000 ton, tetapi kami belum bisa memenuhi dan harus menunggu sampai pabrik jadi. Untuk di Indonesia saja kita masih kekurangan garam farmasi,” imbuhnya.

Untuk diketahui, garam farmasi merupakan BBO yang bisanya digunakan untuk bahan baku sediaan infus, produksi tablet, pelarut vaksin, sirup, oralit, cairan pencuci darah, minuman kesehatan dan lain-lain. Di bidang kosmetika, garam farmasi biasanya digunakan untuk bahan campuran dalam pembuatan sabun dan shampoo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper