Bisnis.com, DEPOK - Tren investasi pada sektor industri farmasi di Kabupaten Bogor dalam tiga tahun terakhir diklaim mengalami peningkatan cukup signifikan.
Kepala Bidang Penanaman Modal Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Satu Pintu (BPTPMSP) Kabupaten Bogor Joner Kalixtus Marpaung mengatakan hingga akhir tahun investasi sektor farmasi mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Hingga November ini realisasi investasi industri farmasi termasuk industri kimia dasar dan industri barang kimia mencapai Rp421,57 miliar," paparnya kepada Bisnis, Selasa (6/12/2016).
Dia memaparkan angka realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian penanaman modal sektor farmasi pada 2015 sebesar Rp117,52 miliar.
Dari sisi peringkat, lanjutnya, tahun ini sektor farmasi berada di posisi ketiga atau melesat dari posisi 10 pada 2015. Namun, pada 2014 sektor farmasi sempat menjadi kontributor terbesar investasi dengan realisasi mencapai Rp1,44 triliun.
Dia menjelaskan pada tahun ini ada lima perusahaan yang berinvestasi antara lain PT Sika Indonesia dengan nilai investasi Rp173,21 miliar, PT Vaksindo Satwa Nusantara Rp119,96 miliar, PT Tanshia Consumer Products Rp74,22 miliar, PT Smart Lab Indonesia Rp13,07 miliar dan PT Dwi Prima Rezeky Rp6,41 miliar.
Menurutnya, puncak investasi besar-besaran sektor farmasi tercatat pada 2014 dari perusahaan nasional dan multi nasional seperti PT Indo Kordsa Polyester sebesar Rp772,03 miliar dan PT Firmenich Indonesia Rp221,30 miliar.
Perusahaan lainnya, sambung dia yakni PT Nutrifood Indonesia dengan nilai investasi Rp148,42 miliar, PT Reckitt Benckiser Indonesia Rp115,30 miliar dan PT Van Aroma dengan investasi sebesar Rp87,57 miliar.
"Untuk 2015 memang realisasinya cenderung kecil karena investor lebih tertarik pada menanam modalnya di sektor properti dan industri makanan," ujarnya.
Namun, kata dia, kendati realisasi investasi tahun ini lebih tinggi dibanding pada 2015 dan lebih rendah dibanding pada 2014, angka serapan tenaga kerjanya tercatat tertinggi.
Pada tahun ini, serapan tenaga kerja di sektor farmasi, kimia dasar dan barang kimia mencapai 965 orang. Adapun pada 2015 hanya 524 orang dan pada 2014 mencapai 641 orang.
Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif asosiasi industri farmasi International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) Parulian Simanjuntak mengatakan fluktuasi investasi di sektor farmasi tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan dan daerah yang dituju.
Menurutnya, setiap perusahaan memiliki otoritas sendiri terkait ekspansi baik pembangunan pabrik dari nol atau pun hanya sebatas perluasan pabrik.
"Dengan demikian tren investasi industri farmasi tidak bisa dilihat seperti tren penanaman modal di sektor lain," ujarnya.