Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Swasembada Cabai: Ambisi Pedas Menteri Amran Sulaiman

Nuriah, warga Cilodong, Kota Depok, bahagia betul bisa berbincang langsung dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Panen Cabai. /Bisnis.com
Panen Cabai. /Bisnis.com

Bisnis.com, DEPOK- Nuriah, warga Cilodong, Kota Depok, bahagia betul bisa berbincang langsung dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Nuriah tiba-tiba dipanggil ke atas panggung saat Pencanangan Gerakan Tanam Cabai Nasional 50 Juta Pohon di lapangan Kostrad, Cilodong, Depok, Selasa (22/11/2016).

"Saya sudah dikasih pohon cabai oleh pihak kecamatan, tetapi pohonnya mati. Saya minta bantuan bibit dan obatnya agar tidak mati lagi, ya Pak Menteri," ujar Nuriah. Selain memohon bantuan pupuk dan bibit pohon cabai, Nuriah mengeluhkan lahan untuk menanam cabai yang tidak memungkinkan.

Maklum, hampir setiap rumah tangga di Depok bisa dihitung jari yang memiliki pekarangan rumah. Selain dikenal sebagai kota padat, Depok juga disebut kota darurat ruang terbuka hijau.

Menteri Amran hanya bisa tersenyum mendengar keluhan Nuriah. Sesekali dia mengajak bercanda ibu 14 anak tersebut. "Tenang, semuanya akan kami kasih gratis. Nanti biar direktur kami yang datang ke tempat ibu," paparnya.

Pernyataan Amran bukan isapan jempol belaka. Pada tahun ini dia diberi mandat oleh Presiden Jokowi untuk mengejar swasembada cabai secara nasional.

Berbagai persoalan cabai pada tahun ini mulai dari naiknya harga hingga impor komoditas tersebut menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Maka menjadi wajar apabila Kementerian Pertanian terus memutar otak guna mencari solusi mengedalikan komoditas pedas tersebut.

Dua bulan terakhir, harga cabai di sejumlah daerah di Jabar mengalami kenaikan dari mulai Rp30.000 hingga Rp60.000 per kilogram. Selain masalah ketersediaan, faktor cuaca menjadi penyebab naiknya harga cabai.

"Setelah keliling Indonesia dan pulang dari kawasan timur, kami langsung menggelar rapat dan menyampaikan kepada dirjen terkait agar siapkan pohon cabai untuk ditanam serentak di seluruh Indonesia," ungkapnya.

Ambisi Amran untuk swasembada cabai nasional dilakukan pertama kali di Depok yang mewakili daerah di Jawa Barat. Kementerian Pertanian membidik kalangan rumah tangga bukan tanpa sebab. Dia pun menggandeng langsung penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga alias ibu-ibu PKK.

Amran menjelaskan selain ditanam secara intens oleh kalangan petani, dia berharap menanam cabai bisa dilakukan oleh kalangan ibu-ibu dengan minimal 20 tangkai per rumah tangga.

Dia sudah menghitung berapa besaran keuntungan gerakan menanam cabai di pekarangan rumah tersebut. Tak tanggung-tanggung angka Rp30 triliun menjadi bidikan jika seluruh rumah tangga menanam cabai serempak di pekarangan rumah.

Perhitungannya, kata dia, jumlah perempuan di Indonesia ini tercatat sekitar 126 juta dari total populasi. Jika 67 jutanya adalah ibu rumah tangga dengan menanam masing-masing 20 pohon dengan produksi 10 kilogram dikali Rp600.000 sesuai harga, maka akan ada sekitar Rp30 triliun uang mengalir dari cabai saja.

"Selain swasembada, jika program ini berhasil, kita juga akan ekspor, dan tentu pendapatan ibu-ibu bertambah," ujarnya.

Setali tiga uang, Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan optimistis gerakan menanam pohon cabai di pekarangan rumah akan berhasil seiring wilayahnya adalah produsen cabai terbesar nasional.

Deddy mencatat produksi cabai terbesar berasal dari Kabupaten Garut pada 2014 mencapai 88.000 ton atau mencapai 34% dari total produksi di Jabar. Sisanya Kabupaten Cianjur 25,6%, Tasikmalaya 7,55% dan Kabupaten Bandung 6,25%.

Produksi cabai asal Jawa Barat tersebut sebagian dieskpor ke beberapa negara tujuan antara lain Arab, Jepang, Singapura, dan Malaysia.

Guna meningkatkan volume ekspor tersebut Pemprov Jabar pada musim tanam sepanjang tahun ini merealisasikan luas lahan tanam cabai mencapai 9.000 hektare dengan produksi 100 kwintal per hektare. Adapun produksi sepanjang tahun ini baru mencapai 21.000 ton.

"Kami ingin ingin menanam cabai di pekarangan rumah menjadi gaya hidup, dan bukan hanya pekarangan rumah tapi di sekolah, kantor dan gedung lainnya," paparnya.

Wali Kota Depok Muhammad Idris mengatakan lahan pertanian di daerahnya sudah tidak memungkinkan, sehingga selama ini Depok hanya mengandalkan aset sumber daya manusia setiap kali beraktivitas tani.

Dia memberi contoh, khusus untuk tanaman cabai, pihaknya menyiapkan polybag sebagai lahan tanaman sesuai yang instruksikan pemerintah pusat. "Dan perlu diketahui Depok adalah salah satu masyarakat pengguna kawasan rumah pangan lestari (KRPL) terbesar di Indonesia," katanya.

Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Yanuardi mengatakan pihaknya menyiapkan 280.000 lahan polybag khusus warga Jabodetabek.

Dia menjelaskan produksi cabai hingga pertengahan November mencapai 1,2 juta ton cabai besar dan untuk cabai keriting mencapai 923.221 ton

Sepanjang tahun ini, Kementerian Pertanian menyasar kawasan lahan cabai mencapai 15.000 hektare di 22 provinsi dan 151 kabupaten/kota. "Kami juga siasati saat musim hujan dengan menanam cabai di lereng agar tidak tergenang air," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper