Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEMASAN: Pasar Menuntut Produk Lebih Ramah Lingkungan

Sejumlah negara tujuan ekspor kemasan fleksibel asal Indonesia menuntut adanya produk baru yang lebih ramah lingkungan seiring peningkatan kesadaran konsumen akan bahaya limbah hasil samping konsumsi.
Kemasan polystyrene yang diklaim membahayakan kesehatan/Ilustrasi-Repro
Kemasan polystyrene yang diklaim membahayakan kesehatan/Ilustrasi-Repro

Bisnis.com, SURABAYA - Sejumlah negara tujuan ekspor kemasan fleksibel asal Indonesia menuntut adanya produk baru yang lebih ramah lingkungan seiring peningkatan kesadaran konsumen akan bahaya limbah hasil samping konsumsi.

Sugeng Kurniawan, Presiden Direktur PT Trias Sentosa Tbk., perusahaan produsen plastik fleksibel, mengatakan, Jepang dan sebagian negara di Eropa kini menuntut plastik label yang minim limbah saat dipasang. Permintaan ini memaksa perusahaan menghasilkan label tanpa lapisan dalam.

“Produk kami untuk label minim limbah sedang diuji apakah memenuhi standar keamanan di Jepang,” jelasnya di Surabaya, Rabu (16/11/2016).

Plastik label untuk produk kemasan biasanya menyisakan kertas kosong saat ditempelkan, seperti kertas di balik stiker pada umumnya. Kertas landasan itu akan dibuang saat label dipasang. Jepang kini meminta limbah itu dihilangkan.

“Teknologinya ada semacam coating [pelapisan] di balik label. Kami sudah produksi kecil, semacam uji coba dan diharapkan membesar saat di Jepang lolos,” tuturnya.

Perusahaan yang melantai di bursa saham Indonesia dengan kode TRST ini memproduksi plastik kemasan fleksibel berlapis logam (metallizing), label, plastik film untuk cover (termal film).

Pasar luar negeri seperti Jepang, Amerika, dan sejumlah negara di Eropa maupun timur tengah menjadi tujuan ekspor utama label dan thermal film, serta sedikit plastik berlapis logam.

Sugeng menuturkan porsi ekspor kini berkisar 44% dari total produksi dan dengan inovasi produk baru diharapkan bisa meningkat di 2017. Terlebih perseroan yang memiliki kapasitas produksi 17.500 ton per tahun akan memperoleh tambahan kapasitas 2.500 ton di semester I/2017.

“Secara total kami proyeksikan volume bisa tumbuh 8% di tahun depan, dengan pertimbangan produk baru dan serapan domestik stabil,” tegasnya optimistis.

Dia mengilustrasikan permintaan thermal film (pelapis kemasan produk atau buku agar mengilat) di Jepang dan Eropa lima tahun lalu hanya lima ton per tahun. Namun, tahun ini bisa mencapai 20 ton. Data pasar itu sinyal permintaan ekspor masih kuat.

Adapun di domestik, lanjut dia, pasar kemasan fleksibel banyak mengandalkan jenis produk berlapis logam yang banyak digunakan barang konsumsi. “Jadi untuk pasar domestik kami bertumpu pada konsumsi nasional. Pertumbuhan tak jauh dari ekonomi nasional,” pungkasnya.

Dari sisi kinerja keuangan, Sugeng mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat berpengaruh terhadap pembelian bahan baku. Fluktuasi yang sejak tahun lalu membuat nilai penjualan tertekan meski tak memengaruhi laba yang terbantu produk ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper