Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ikut Tertekan Pilpres AS, BI: Gerak Kurs Masih Sesuai Fundamental

Bank Indonesia menilai volatilitas rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akibat sentimen Pemilihan Presiden di AS masih bergerak sesuai dengan fundamentalnya.
Rupiah ikut tertekan sentimen pilpres AS./.
Rupiah ikut tertekan sentimen pilpres AS./.

Bisnis.com, Jakarta- Bank Indonesia menilai volatilitas rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akibat sentimen pemilihan presiden di AS masih bergerak sesuai dengan fundamentalnya.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pergerakan rupiah yang terdepresiasi terhadap dolar AS hanya terjadi dalam jangka pendek karena merespons perkembangan berita seputar pemungutan suara di negara Paman Sam itu. 

Menurutnya, Bank sentral akan selalu ada di pasar dan tak segan melakukan intervensi apabila terjadi ketidakstabilan rupiah yang terlalu jauh dari fundamentalnya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Bloomberg, pukul 10.45 WIB) atau Rp13.169/dolar AS 

"Dari sisi kebijakan kita, suku bunga kurs memang diarahkan untuk stabilkan kurs sesuai fundamental," katanya, di Jakarta, Rabu (9/11/2016).

Selain itu, dia menilai cadangan devisa masih lebih dari cukup untuk tidak hanya menstabilkan kurs, tetapi juga mampu mengantisipasi risiko terjadinya pembalikan modal asing. Namun, potensi keluarnya modal asing sangat kecil mengingat kepercayaan terhadap ekonomi domestik menguat.

"Tentu saja dalam setiap Rapat Dewan Gubernur selalu kami pantau perkembangan ekonomi dan keuangan negara-negara besar. Ini tidak hanya AS, Jepang, Cina, Uni Eropa, bagaimana pertumbuhan ekonominya, bagaimana kebijakan moneternya juga dampaknya terhadap kurs," ucapnya.

Sebelumnya, BI melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Oktober 2016 sebesar USS115,0 miliar atau menurun US$700 juta dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$115,7 miliar.

Dalam laporannya, BI menyebutkan posisi cadangan devisa per akhir Oktober 2016 cukup untuk membiayai 8,8 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper