Bisnis.com, JAKARTA— Sentimen positif terhadap proyeksi perekonomian Indonesia di masa mendatang memberi harapan terhadap pemulihan penjualan residensial, khususnya apartemen di Jakarta, mulai akhir tahun ini.
Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengatakan, sentimen positif tersebut antara lain ditandai oleh stabilnya nilai tukar rupiah dan perbaikan kondisi makroekonomi secara umum. Hal ini menjadi faktor utama yang bisa diharapkan akan meningkatkan lagi permintaan terhadap hunian.
Ferry mengatakan, sepanjang kuartal ketiga lalu, peluncuran proyek apartemen baru di Jakarta sangat terbatas. Di sisi lain, kalangan pengembang terus melancarkan berbagai strategi promosi untuk memasarkan unit-unit proyek mereka yang tersisa.
Hal ini berpeluang menstabilkan perbandingan antara tingkat permintaan dan penawaran sehingga menjaga kestabilan harga jual. Sejauh ini, harga penawaran masih menunjukkan tren pertumbahan positif seiring peningkatan penjualan.
“Pemerintah juga terus mengeluarkan kebijakan dan program yang baik yang bertujuan memacu penjualan properti, seperti relaksasi loan to value (LTV), program pengampunan pajak dan penurunan pajak penghasilan (PPh) final untuk pengalihan tanah dan bangunan,” tulis Ferry dalam risetnya, dikutip Jumat (4/11/2016).
Colliers mencatat hanya tiga proyek baru yang diluncurkan di kuartal ketiga tahun ini, dengan total pasokan 1.799 unit. Sementara itu, enam menara baru telah selesai dan diserahterimakan di kuartal ketiga dengan total 3.317 unit. Keenam menara tersebut merupakan pengembangan dari proyek yang sudah ada.
Ferry mengatakan, di kuartal terakhir tahun ini, masih akan ada tambahan pasokan 7.117 unit apartemen baru lagi yang akan selesai dan diserahterimakan ke pembeli. Total pasokan baru tahun ini dengan demikian menjadi 21.224 unit.
Secara umum, tingkat penyerapan masih tergolong sehat, meskipun pertumbuhannya relatif rendah. Rata-rata tingkat penyerapan hingga akhir kuartal ketiga lalu bertahan di level 86,9%. Tingkat penyerapan proyek terbangun relatif tinggi di 96,3%, sedangkan proyek yang tengah dalam masa konstruksi masih di 68,5%.
“Kita berharap keadaan ini akan tetap stabil hingga akhir tahun ini,” katanya.
Ferry mengatakan, hingga 2020 mendatang akan ada sekitar 77.000 unit lagi yang akan memasuki pasar. Pertumbuhan pasokan ini hampir dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan rata-rata tahunan selama ini.
Namun, kondisi ini tampaknya telah cukup diantisipasi dengan regulasi dan program pemerintah yang berpotensi akan kembali menggairahkan pasar properti dan mengimbangi tingkat pasokan tersebut. Apalagi, potensi permintaan terhadap hunian di Jakarta masih sangat tinggi, terproyeksi dari arus kaum komuter yang tiap hari pergi dan pulang dari pinggiran Jakarta menuju Jakarta yang mencapai hampir 1,4 juta orang pada 2014 lalu (data BPS Jakarta).
Tabel
Perbandingan Tingkat Penyerapan Antara Apartemen Terbangun dan Sedang Dibangun
| Q3 2015 | Q2 2016 | Q3 2016 | QtQ | YoY |
Proyek Terbangun (Existing Projects) | 96,0% | 96,2% | 96,3% | 0,1% | 0,3% |
Proyek Sedang Dibangun (Under-Construction Projects) | 68,4% | 68,1% | 68,5% | 0,4% | 0,1% |
Rata-Rata (All Projects) | 85,7% | 86,7% | 86,9% | 0,2% | 1,2% |
|
|
|
|
|
|
Perubahan Tingkat Penyerapan Di Lokasi Berbeda Jakarta
| Q3 2015 | Q2 2016 | Q3 2016 | QtQ | YoY |
CBD | 96,8% | 94,5% | 94,4% | -0,1% | -2,4% |
Jakarta Selatan | 86,1% | 85,9% | 86,1% | 0,2% | 0,0% |
Non-Prime Area | 83,9% | 85,9% | 86,1% | 0,2% | 2,2% |
Sumber: Colliers International Indonesia, Oktober 2016