Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak 63 kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) untuk 2017 belum terkontrak.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja mengatakan masih terdapat 63 kargo LNG yang belum terkontrak atau uncommitted untuk 2017 yang berasal dari Bontang dan Tangguh. Saat ini, pihaknya masih dalam tahap negosiasi untuk menjual 13 kargo di antaranya.
Meskipun angka LNG yang belum terkontrak tergolong tinggi, dia menyebut, belum akan menjual di pasar spot. Dia menyebut masih terdapat peluang penjualan ke pasar eksisting seperti Taiwan, Korea dan Jepang.
"Tahun depan ada 63, 13 lagi nego. Kami sih inginnya [dijual] ke existed buyer," ujarnya usai Rapat Kerja di Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (20/10/2016).
Adapun, tingginya angka kargo LNG yang belum terkontrak disebabkan beberapa lapangan yang mencatatkan kinerja produksi cukup baik tapi tak didukung dengan infrastruktur regasifikasi yang memadai.
Namun, Wirat enggan menyebut lapangan mana yang menyumbang produksi gas cukup tinggi. Di sisi lain, tutur Wirat, kebutuhan LNG dalam negeri seperti untuk listrik telah terpenuhi.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, volume uncommitted LNG pada 2018 sebesar 60 kargo. Sementara itu, mulai 2019 justru dibutuhkan pasokan 27 kargo dari luar.
Angka ini akan meningkat pada 2024 yakni menjadi 90 kargo dan 101 kargo pada 2025 yang disebabkan meningkatnya kebutuhan dalam negeri di saat pasokan dari Lapangan Abadi, Blok Masela belum dimasukkan dan pasokan dari Tangguh telah mengalami penurunan. Oleh karena itu, pihaknya pun belum akan membuka keran impor LNG sebelum 2019.
"Yang listrik sudah disediakan, tapi infrastruktur (regasifikasi) dalam lelang. Ini kan kemampuan penyerapannya. [Kalau] supply, sudah disediakan."