Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin Andalkan Alkes dan Mesin Pertanian

Kementerian Perindustrian mengandalkan produk alat kesehatan dan mesin pertanian pada ajang Pameran Produk Indonesia (PPI) guna mendorong pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Timur.nn
Kementerian Perindustrian menggelar pameran produksi Indonesia (PPI) di Surabaya sebagai upaya mempromosikan produk unggulan industri bernilai tambah dan berdaya saing tinggi./Bisnis-Peni Widarti
Kementerian Perindustrian menggelar pameran produksi Indonesia (PPI) di Surabaya sebagai upaya mempromosikan produk unggulan industri bernilai tambah dan berdaya saing tinggi./Bisnis-Peni Widarti

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian mengandalkan produk alat kesehatan dan mesin pertanian pada ajang Pameran Produk Indonesia (PPI) guna mendorong pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Timur.

Sekjen Kementerian Perindustrian Syarif Hidayat mengatakan industri alat dan mesin pertanian (alsintan) serta alat kesehatan (alkes). Produk dari kedua industri dalam negeri tersebut saat ini memiliki daya saing tinggi dan kebutuhan pasar yang luas.

“Di samping itu, alasan PPI 2016 memilih tematik produk industri alat dan mesin pertanian serta industri alat kesehatan dan laboratorium karena kedua sektor tersebut termasuk dalam kelompok industri prioritas sesuai Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035,” seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perindustrian, pada Kamis (20/10/2016).

Pada kesempatan yang sama, Asisten II bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur Hadi Prasetyo menyambut baik digelarnya PPI 2016 karena diharapkan akan menggairahkan industri manufaktur di Jawa Timur khususnya Surabaya.

“Kontribusi sektor manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Timur cukup besar, mencapai 28%,” ujarnya. Saat ini, lanjutnya, jumlah industri manufaktur di Jawa Timur sebanyak 800.000 ribu perusahaan yang terdiri dari industri kecil, menengah, dan besar.

Menurut data Kementerian Perindustrian pada tahun 2014, pangsa pasar atau total kebutuhan alat kesehatan dalam negeri senilai Rp30 triliun, sementara kebutuhan alkes dari e-planning Kementerian Kesehatan tahun ini mencapai Rp32 triliun.

Bahkan, Kementerian Kesehatan merencakan kebutuhan hingga Rp50 triliun pada tahun depan. Pertumbuhan alkes di daerah juga tumbuh pesat. Namun, dari jumlah kebutuhan dalam negeri, pemenuhan produk lokal baru bisa dipenuhi sekitar 40,38%., sementara kinerja ekspor pada Januari-Juli anjlok  6,13%.

Dia menunjukkan bahwa potensi industri alat kesehatan dalam negeri masih cukup besar untuk terus dikembangkan sehingga tidak ketergantungan dengan produk impor.

“Jumlah industri alkes saat ini sebanyak 234 perusahaan dan tingkat pertumbuhan rata-ratanya mencapai 10% per tahun. Keunggulan lain dari produk alat kesehatan lokal, yakni harganya cukup bersaing karena bisa 20%-30% lebih murah dibandingkan produk impor,” ungkap Syarif.

Adapun dari sisi kemampuan, industri dalam negeri telah mampu memproduksi, antara lain furnitur rumah sakit, stetoskop, elektromedik, alat medis sekali pakai, kostum medis, serta alat rapid test.

Sementara itu, Syarif menyebutkan ada potensi besar yang juga dimiliki oleh industri alsintan dalam negeri, yaitu pada anggaran pengadaan alsintan pemerintah pada 2016 yang mencapai Rp4,6 triliun.

“Diperkirakan, sebagian besar dari kebutuhan alsintan tersebut sudah mampu dipenuhi oleh industri dalam negeri cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper