Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Delapan Pabrik Gula Berpotensi Ditutup

Sekitar delapan pabrik gula milik negara berpotensi untuk ditutup karena memiliki kapasitas giling tebu di bawah 2.000 ton per hari sehingga tidak efisien dan menjadi beban bagi PT Perkebunan Nusantara (Persero).
Salah satu pabrik gula PTPN IX di Kudus. /PTPN IX
Salah satu pabrik gula PTPN IX di Kudus. /PTPN IX

JAKARTA — Sekitar delapan pabrik gula milik negara berpotensi untuk ditutup karena memiliki kapasitas giling tebu di bawah 2.000 ton per hari sehingga tidak efisien dan menjadi beban bagi PT Perkebunan Nusantara (Persero).

Pabrik-pabrik gula milik negara yang dikelola sejumlah PT Perkebunan Nusantara (PTPN) tengah gencar melakukan pembenahan mesin-mesin tua pabrik yang selama ini tidak dapat lagi memproduksi gula konsumsi secara efisien.

Pemerintah akan mengarahkan agar kapasitas pabrik gula minimal 4.000 ton tebu per hari. Untuk itu, Kementerian BUMN akan menata ulang pabrik gula dengan melakukan pengelompokan pabrik-pabrik yang tidak efisien.

Menurut data Kementerian BUMN, 17% dari total pabrik gula BUMN berkapasitas produksi di bawah 2.000 TCD (tones of cane per day). Sebanyak 58% pabrik berkapasitas 2.000—4.000 TCD. Hanya 40% pabrik gula BUMN dengan kapasitas produksi di atas 4.000 TCD.

Saat ini, terdapat 48 pabrik gula BUMN yang memproduksi gula kristal putih berbahan baku tebu. Pabrik gula tersebut dikelola oleh PTPN.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Wahyu Kuncoro menyampaikan, rencana efisiensi pabrik gula dilakukan terutama dengan menata ulang beberapa pabrik gula yang lokasinya berdekatan.

Kapasitas produksi setiap pabrik gula BUMN dipatok minimal 4.000 TCD (tones of cane per day/ton tebu per hari).

“Kapasitas PG akan kami arahkan ke minimal 4.000 TCD dan prinsipnya pabrik-pabrik yang berdekatan, radius 50—100 km, yang kecukupan bahan bakunya rendah, dan biaya produksinya tinggi, serta kapasitasnya rendah, akan dianalisis untuk penataan ulang,” jelas Wahyu pada Bisnis, Senin (17/10).

Wahyu menjelaskan, program efisiensi pabrik gula sebenarnya sudah dimulai sejak sepuluh tahun lalu. Kementerian BUMN menilai pabrik-pabrik yang lokasinya berdekatan akan membebani biaya produksi jika dioperasikan semua. Untuk itu, kapasitas beberapa pabrik gula perlu ditingkatkan.

Selain itu, beberapa pabrik gula perlu ditutup. “Hasil kajiannya sudah hampir selesai. Indikasi ke arah sana [pembangunan pabrik gula baru oleh PTPN] sangat dimungkinkan. Namun, analisis utama tetap ada di aspek pasokan bahan ba kunya,” jelas Wahyu.

EFISIENSI

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengembangan PTPN XI Aris Toharisman menyampaikan, dalam pembahasan PTPN dan Kementerian BUMN, produsen gula pelat merah itu menyepakati langkah efisiensi pabrik untuk mengoptimalkan penggilingan tebu petani.

“Sebenarnya tidak ada yang ditutup, tetapi ke depan akan ada regrouping [pengelompokan]. Beberapa pabrik akan dibesarkan kapasitasnya, lalu akan ada pembangunan dua pabrik baru. Jumlah yang akan ditata juga belum tentu sepuluh, tetapi sedang dikaji,” ujarnya.

Aris menuturkan, PTPN yang bergerak di sektor gula akan melakukan kajian internal terhadap pabrik gula yang berkapasitas di bawah 4.000 ton per hari pada 17—18 Oktober. Selain itu, luas lahan perkebunan tebu untuk setiap pabrik akan didata ulang.

Hal itu dilakukan untuk membuat investasi pabrik tepat sasaran. Selain mematok kapasitas produksi terendah 4.000 TCD, katanya, pemerintah menargetkan proses pengelompokan pabrik gula dapat menekan biaya produksi.

“Kami inginnya dari regrouping ini akan meningkatkan daya saing. Kami kalkulasikan tiap pabrik kalau dinaikkan kapasitasnya, berapa investasinya. Kami hitung semua agar biaya produksi itu mendekati Rp6.500 per kilogram atau bahkan di bawah itu,” jelas Aris.

Rencana penutupan sepuluh pabrik gula mencuat dalam sepekan terakhir, memicu pergolakan dari petani tebu yang khawatir hasil produksi mereka tidak diserap lagi.

Beberapa pabrik yang disebut-sebut akan dihentikan operasionalnya yaitu PG Kanigoro, PG Rejosari, dan PG Purwodadi di Madiun. PG Toelangan dan PG Watotoelis di Sidoarjo, PG Meritjan di Kediri, PG Wringinanom, PG Pandjie dan PG Olean di Situbundo, dan PG Gondang Baru di Klaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Saeno
Sumber : Bisnis Indonesia (18/10/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper