Bisnis.com, JAKARTA - Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak pada tahun depan diprediksi 8,5 juta ton, naik tipis dari kebutuhan tahun ini 8 juta ton. Menyiasati impor jagung yang ditutup, pelaku usaha mengakali bahan baku melalui kesepakatan pembelian dengan petani.
Sekjen Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Askam Sudin menyampaikan kebutuhan jagung 8,5 juta ton tersebut merujuk pada produksi pakan tahun depan yang diprediksi 17 juta ton.
"Jagung itu 50% dari komposisi pakan. Produksi pakan ternak 3 tahun terakhir naik 8%, tahun depan mungkin sekitar 17 juta ton sehingga kita butuh jagung setengahnya atau 8,5 juta ton. Tahun ini kita masih menghadapi kekurangan jagung sehingga kami mengimpor gandum pakan," kata Askam di Jakarta pada Kamis (13/10/2016).
Dia menjelaskan perusahaan produsen pakan telah melangsungkan MoU penyerapan dengan provinsi produsen jagung. Meski dicanangkan 19 provinsi pengembangan jagung oleh Kementerian Pertanian, hanya tiga provinsi yang sudah melakukan kontrak penyerapan produksi jagung dengan GPMT.
"Sudah ada penandatanganan dengan Lampung sekitar 11.000 hektare, dengan Serang (Banten) 3.000 ha, dan dengan Jawa Barat akan kita laksanakan MoU-nya dalam waktu dekat," jelas Askam.
Pemerintah menargetkan swasembada jagung tercapai pada 2017. Meski 2017 tinggal menghitung bulan, pemerintah masih harus bekerja keras memenuhi permintaan jagung terutama dari industri pakan ternak. Pada akhir tahun ini misalnya, pemerintah menambah izin impor jagung pada Bulog sebesar 200.000 ton.