Bisnis.com, JAKARTA--Produk kayu ringan sukses memikat importir asal Eropa mengingat karakteristik produk yang memiliki nilai tambah dan sejalan dengan prinsip berkelanjutan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (PEN Kemendag) Arlinda mengatakan pasar Eropa sangat menjanjikan untuk produk kayu ringan.
Masyarakat Eropa, lanjutnya, banyak memanfaatkan kayu ringan pada industri karavan, otomotif, dan perkakas dapur. Di sisi lain, pasar di kawasan Benua Biru ini mulai mementingkan produk bernilai tambah dan berkelanjutan.
Untuk menggarap potensi pasar tersebut, pada ajangTrade Expo Indonesia (TEI) 2016, Direktorat Jenderal PEN Kemendag bersama Import Promotion Desk (IPD) Jerman memfasilitasi 10 importir Eropa melakukan transaksi dagang dengan 8 perusahaan kayu ringan inovatif.
"Dari kayu ringan ini, ada 10 importir Eropa dengan transaksi dagang senilai US$2,88 juta," jelas Arlinda usai menyaksikan transaksi dagang pada hari ketiga TEI 2016, di Jakarta, Jumat (14/10).
Di peta perdagangan kayu ringan, Arlinda menyebut Indonesia memang masuk dalam jajaran terdepan. Pasalnya, Indonesia kaya akan sumber bahan baku kayu ringan.
Sifat kayu ringan sendiri menyerupai Albazia dan Jabon yang sangat cepat tumbuh. Namun, kayu jenis ini dianggap tak bernilai ekonomis tinggi untuk dijadikan bahan bangunan.
Kondisi ini, terang Arlinda, justru menjadi peluang bagi petani skala kecil di Indonesia. Sebab, pohon-pohon jenis ini mudah tumbuh di pekarangan petani kecil. Penanaman kayu ringan pun tak merusak lingkungan dan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Adapun, untuk memanfaatkan potensi besar perdagangan kayu ringan, Ditjen PEN Kemendag bersama IPD Jerman meneken dua perjanjian kerja sama yakni Strategy Paper on Lightweight Timber Indonesia dan Service Agreement on Interzum 2017.
Arlinda memaparkan, kerja sama Strategy Paper on Lightweight Timber Indonesia akan berfokus pada langkah-langkah yang akan ditempuh demi mempromosikan kayu ringan Indonesia ke Eropa. Sementara, Service Agreement on Interzum 2017 berfokus pada partisipasi Indonesia dan pameranInterzum 2017 di Jerman pada 16-19 Mei tahun depan.
Rencananya, akan ada enam perusahaan Indonesia yang memamerkan produk kayu ringan dan mempromosikan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dalam ajang tersebut.
Sementara itu, hingga hari ketiga pameran TEI 2016, produk barang dan jasa nasional sukses mencatatkan transaksi dagang mencapai US$300 juta.
Arlinda meyakini angka itu masih akan terus menanjak, disumbang beberapa rencana investasi potensial dari perusahaan asing yang hadir dalam ajang tahunan ini.
“Kami menargetkan secara keseluruhan akan capai transaksi US$1 miliar. Ini saja baru hari ketiga kami sudah sampai US300 juta. Doakan saja, apapun akan kami lakukan untuk peningkatan ekspor,” tegas Arlinda.
Dari berbagai transaksi dagang, produk minyak esensial menjadi komoditas yang paling diminati. Kemendag mencatat, total transaksi dagang produk minyak esensial mencapai US$45 juta. Menyusul, transaksi dagang untuk komoditas batu bara senilai US$12 juta.
Tenaga kerja asal Indonesia pun mencatatkan transaksi mencapai US$10 juta. Permintaan atas jasa tenaga kerja Indonesia ini datang dari Australia, Jepang, hingga Timur Tengah.
Kayu Ringan Pikat Pengusaha Eropa
Produk kayu ringan sukses memikat importir asal Eropa mengingat karakteristik produk yang memiliki nilai tambah dan sejalan dengan prinsip berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Destyananda Helen
Editor : Andhika Anggoro Wening
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
56 menit yang lalu
Nasib Cuan Para Pemegang Saham BUMI Miliaran Lembar
1 jam yang lalu