Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angkasa Pura I Pererat Kerjasama dengan IATA

Operator 13 bandara di Indonesia Timur, PT Angkasa Pura I mempererat hubungan kerjasama dengan International Air Transport Association sebagai upaya mempercepat penerimaan pendapatan jasa kebandarudaraan.

Bisnis.com, JAKARTA—Operator 13 bandara di Indonesia Timur, PT Angkasa Pura I mempererat hubungan kerjasama dengan International Air Transport Association sebagai upaya mempercepat penerimaan pendapatan jasa kebandarudaraan.
 
Kerjasama tersebut meliputi, percepatan penerimaan atas pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U), pelayanan jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara (PJP4U), serta penagihan piutang layanan penerbangan (overflying).
 
Direktur Utama PT Angkasa Pura I Sulistyo Wimbo Hardjito mengatakan kerjasama dengan International Air Transport Association (IATA) itu bakal mempermudah penerimaan jasa kebandarudaraan, terutama dengan maskapai asing.
 
“Jadi ini bukan soal sulit atau tidak sulit, tetapi memang karena mitra kita itu internasional, jadi lebih mudah kalau menggunakan pihak ketiga [IATA], ketimbang diurus langsung sendiri,” katanya di Jakarta, Kamis (13/10).
 
Wimbo mengungkapkan kerjasama antara Angkasa Pura I dan IATA sebenarnya sudah dilakukan sejak 2014. Namun, kerjasama itu baru meliputi pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC).
 
Seiring dengan meningkatnya frekuensi penerbangan tidak berjadwal dari maskapai asing, lanjutnya, frekuensi penagihan jasa kebandarudaraan kepada maskapai asing kedepannya juga bakal melonjak.
 
“Mereka [IATA] akan bantu penagihan, mengingat anggota IATA kan kebanyakan maskapai asing. Kami harap tagihan itu dapat ditagih sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan ongkos tagih itu tidak lebih besar dari nilai yang ditagih,” tuturnya.
 
Asal tahu saja, IATA memiliki jumlah anggota sebanyak 256 maskapai dengan mitra kerja yang tersebar di dunia. IATA juga memiliki jaringan dan sistem yang andal, sehingga mampu membantu Angkasa Pura I dalam percepatan penerimaan pendapatan aeronautica.
 
Selain percepatan penerimaan pendapatan aeronautica, Wimbo menilai kerjasama itu juga dapat meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik (good governane), dan turut menjaga tingkat likuiditas keuangan Angkasa Pura I.
 
Pada akhirnya, Angkasa Pura I akan mampu meningkatkan tingkat pelayanan atau level of services kepada para pengguna jasa bandara, baik maskapai maupun penumpang, melalui pengembangan fasilitas hingga kapasitas bandara.
 
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura I Israwadi mengungkapkan potensi pendapatan aeronautica untuk penerbangan tidak berjadwal dari maskapai asing sekitar Rp70-Rp100 miliar/bulan.
 
“Kami harap ini bisa cepat, paling lama masa kredit itu sekitar 14 hari. Kalau enggak teratur, bakal mengganggu cash flow kita. Makanya, dengan kerjasama ini sebenarnya bisa menaikkan likuiditas kita,” ujarnya.
 
Selain pendapatan aeronautica, lanjut Israwadi, Angkasa Pura I juga masih memiliki piutang overflying senilai US$1,74 juta dan Rp10 miliar, sebelumnya layanan overflying itu dikelola oleh AirNav Indonesia.
 
Menurutnya, Angkasa Pura I kesulitan melakukan penagihan karena maskapai asing yang menggunakan jasa kebandarudaraan perseroan kala itu sulit untuk ditemukan. Dia berharap IATA dapat membantu penagihan tersebut.
 
Angkasa Pura I menargetkan pendapatan aeronautica mencapai Rp3,5 triliun pada tahun ini, atau 58% dari total pendapatan sebesar Rp6 triliun. Pendapatan aeronautica meliputi PJP2U, PJP4U, Aviobridge, Counter dan baggage handling system.
 
Di tempat yang sama, Regional Vice President Asia Pacific IATA Conrad Clifford menyambut baik kerjasama tersebut. Menurutnya, hubungan IATA dengan Angkasa Pura I akan lebih erat lagi kedepannya.
 
“Hubungan kerjasama sudah dilakukan sejak dua tahun yang lalu ini berjalan sangat baik, dan kedepannya akan lebih baik lagi. Apalagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi fokus IATA,” katanya.
 
Conrad memprediksi Indonesia bakal memiliki pangsa pasar pengguna jasa angkutan udara terbesar kelima di dunia pada 15 tahun mendatang. Oleh karena itu, IATA sangat mengapresiasi upaya pemerintah dalam mendorong infrastruktur transportasi udara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper