Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: RI Bakal Terpuruk Jika Pertumbuhan Ekonomi Stagnan 5%

Pemerintah mau tidak mau harus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun mendatang sebagai langkah antisipasi terhadap dampak yang merugikan negara dan rakyatnya.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, DEPOK - Pemerintah mau tidak mau harus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun mendatang sebagai langkah antisipasi terhadap dampak yang merugikan negara dan rakyatnya.

Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan Sosial Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teguh Dartanto mengatakan Indonesia dinilai akan terpuruk jika pertumbuhan ekonomi hingga 2020 masih stagnan di angka 5%.

"Kalau pada 2020 kita masih di angka 5% terus. Kita akan terjebak pada middle income trap dan kita tak bisa menambah lapangan kerja baru," ujarnya di Kampus Universitas Indonesia, Selasa (11/10/2016).

Dia mengatakan lembaganya pada tahun ini memproyeksikan pertumbuhan mencapai 5,1%-5,3%. Namun, hasil penghitungan diperkirakan akan mencapai 5,2% seiring hingga akhir tahun pemerintah memperbanyak belanja anggaran.

Menurutnya, tugas pemerintah ke depan adalah meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh beberapa faktor dan langkah nyata guna menekan perangkap negara berpenghasilan menengah alias middle income trap.

Menurutnya, ada beberapa cara yang bisa dilakukan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yakni menguatkan investasi fisik di bidang infrastruktur, investasi sumber daya manusia di bidang kesehatan dan pendidikan.

"Sebetulnya investasi kesehatan dan pendidikan kita sudah mulai berjalan. Meskipun masih terpusat di Jawa dan Sumatera, sementara di kawasan Indonesia Timur masih tidak terperhatikan," ujarnya.

Dia mendorong pemerintah mempercepat berbagai investasi di Indonesia Timur agar pemerataan ekonomi lebih terasa. Dengan demikian, serapan tenaga kerja dan perkembangan ekonomi terus terbuka lebar. " Di Timur infrastruktur pendidikan dan kesehatannya harus lebih baik."

Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah pembenahan tata kelola pemerintah daerah dan pusat ihwal investasi yang masuk. Selama ini, kata dia, wewenang pemerintah daerah dan pusat masih tumpang tindih. "Pemda dan pusat harus satu irama. Karena tidak sedikit investasi banyak berasal dari daerah," katanya.

Dia menambahkan pemerintah juga harus mengevaluasi kebijakan yang selama ini menjadi harapan kalangan pengusaha yakni berbagai paket kebijakan. Sebab, sambung dia, selama ini dampak dari paket kebijakan tersebut belum terasa langsung.

Ekonom Asian Development Bank Priasto Aji mendorong pemerintah mengembangkan beberapa sektor yang dapat menggerakan perekonomian Tanah Air pada tahun depan. Menurutnya, sektor information communications and technology (ICT); e-commerce dan tourism perlu penanganan lebih lanjut sebagai faktor pendukung pertumbuhan ekonomi.

Pihaknya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2017 mencapai 5,1% atau turun dari prakiraan sebelumnya yang mencapai 5,5%. Penurunan tersebut disebabkan oleh proyeksi investasi yang tak sekuat sebelumnya. "Yang harus diperhatikan juga adalah komoditas, manufaktur dan pertanian. Semoga tahun depan membaik," ujarnya.

Dalam edisi pembaruan publikasi ekonomi tahunannya, Asian Development Outlook 2016, ADB memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2016 mencapai 5,0% atau turun dari prakiraan sebelumnya 5,2% pada Maret.

Dia berharap pemerintah melakukan pembenahan dari berbagai sektor yang ampu mendorong investasi lebih baik lagi ke depan. "Investasi privat ke depan akan dominan. Tergantung seperti apa reform yang dilakukan pemerintah," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Khoer
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper