Bisnis.com, JAKARTA - Tidak jelasnya rencana pengembangan Blok East Natuna din Kepulauan Riau membuat progres pengembangannya jalan di tempat. Blok yang ditemukan sejak 1970 itu tak kunjung berproduksi.
Pri Agung Rakhmanto, Pengamat Energi Reforminer Institute, mengatakan sebenarnya pemerintah dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) belum siap mengembangkan Blok East Natuna. Hal itu terlihat dari belum adanya skema yang pasti dalam pengembangan blok tersebut.
"Belum ada skema kerja sama yang disiapkan pemerintah dan belum ada skema pengembangan yang disampaikan KKKS," katanya kepada Bisnis.com di Jakarta pada Rabu (12/10/2016).
Menurutnya, pengembangan Blok East Natuna selama ini tidak menjadi prioritas dalam portofolio produksi migas oleh pemerintah dan KKKS. Berbeda dengan pengembangan Blok Masela yang dilakukan secara serius, Blok East Natuna terkesan dikebut tanpa ada perencanaan yang matang.
Dia juga menilai keputusan pemerintah untuk mengembangkan potensi minyak bumi di Blok East Natuna terlebih dahulu terlalu politis. Pertimbangan itu pun sebenarnya tidak pernah terpikirkan oleh KKKS yang akan mengembangkan Blok East Natuna.
Dengan munculnya arahan untuk mengembangkan potensi minyak bumi terlebih dahulu, maka KKKS harus mengubah seluruh skema pengembangan yang sudah disiapkan dengan matang. Maklum saja, pengembangan Blok Natuna memang memerlukan perencanaan matang, agar mencapai aspek keekonomian.
"Sekecil apapun skala pengembangan minyak di Blok East Natuna, pasti membutuhkan kajian dari awal lagi. Ini semua belum matang, baik perhitungan fiskalnya maupun rencana pengembangannya," ucapnya.
Tingkat kesulitan pengembangan Blok East Natuna dan anjloknya harga minyak dunia, tentu saja membuat KKKS menghitung ulang rencana pengembangannya.